Terungkap, Sebelum Tewas, Abdul Ghani Minta Restu Perang Melawan Dimas Kanjeng
'Bu, saya mau perang, kalau saya masih selamat, berarti Allah masih sayang saya.'
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Seorang perempuan berbaju batik warna biru menunjukkan foto seorang laki-laki dari ponselnya.
"Ini suami saya Abdul Ghani. Kami menikah pada Juni 2015," jelas perempuan yang bernama Erwin Hariyati kepada Kompas.com, Jumat (30/9/2016).
Abdul Ghani adalah adalah salah satu korban pembunuhan yang diduga diotaki oleh Taat Pribadi, pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng yang berada di Probolinggo, Jawa Timur.
Warga asal Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, tersebut mengaku 3 bulan sebelum suaminya ditemukan tewas, dia diungsikan pulang ke Banyuwangi dan tinggal kembali bersama orangtuanya.
Ia harus pindah karena suaminya akan membongkar kedok penipuan yang selama ini dilakukan oleh Taat Pribadi.
Saat itu, menurut Erwin suaminya sudah melaporkan Taat ke Jakarta.
"Suami saya wira-wiri Jakarta-Probolinggo untuk buat laporan itu. Saya diungsikan pulang ke Banyuwangi takut kalau ada apa-apa. Terakhir saya kontak suami saya 13 April tengah malam pulang dari Banyuwangi. Subuh kasih kabar kalau sudah sampai Probolinggo," jelas perempuan kelahiran Banyuwangi, 13 Maret 1992 tersebut.
Sebelum memutuskan pindah ke Banyuwangi, Erwin dan Abdul Ghani tinggal di Desa Semampir, Kecamatan Kraksaan, Probolinggo.
Sebelum ditemukan tewas di waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah, pada 14 April 2016, Abdul Ghani tinggal di Banyuwangi selama 3 hari.
Bahkan, sebelum pulang, pengusaha asal Probolinggo tersebut sempat membasuh kaki ibu bapak mertuanya untuk meminta restu karena akan "perang" melawan Taat Pribadi.
"Waktu basuh kaki, suami saya bilang Pak, Bu, saya mau perang kalau saya masih selamat berarti Allah masih sayang saya. Kalau nggak selamat berarti saya harus menolong orang banyak," kata Erwin menirukan ucapan suaminya.
Setelah itu, Erwin mengaku kehilangan kontak suaminya selama 2 hari.
Keluarga di Probolinggo juga sempat menghubungi Erwin untuk mencari Abdul Ghani.
Ia kemudian mendengarkan kabar bahwa suaminya ditemukan tewas di waduk Gajah Mungkur Wonogiri.
"Saya shock saat itu dan sudah menyangka kalau kematian suami saya ada kaitannya dengan pedepokan. Tapi saya milih diam karena takut ada apa-apa dengan saya dan keluarga," jelasnya.
Saat selamatan tujuh hari suaminya, ia sempat didatangi oleh pihak kepolisian Wonogiri untuk dimintai keterangan. Ia kemudian memilih diam dan tidak berani menceritakan masalahnya selama ini.
"Saya baru berani berbicara kepada orang banyak sekarang setelah Kanjeng Taat ditangkap oleh polisi. Sebelumnya saya hanya berani bicara pada polisi," ujarnya.
KOMPAS.com/Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati