Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tulisan Penyemangat itu Tak Bisa Kembalikan Uang Pengikut Dimas Kanjeng

Pedagang daging terlantar tujuh bulan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Perjuangannya sia-sia, ia tak kuat dan balik ke rumah.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Tulisan Penyemangat itu Tak Bisa Kembalikan Uang Pengikut Dimas Kanjeng
Surya/Galih Lintartika
SENGSARA - Gubuk derita para pemimpi kekayaan berlipat di sekitar Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Dusun Sumber Cengkelek , Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jumat (30/9/2016). SURYA/GALIH LINTARIKA 

Laporan Wartawan Surya, Galih Lintartika

SURYA.CO.ID, PROBOLINGGO - Ada yang menarik dari sekian tenda-tenda di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo.

Dari sekian banyak, ada satu tenda yang diberi goresan tulisan Tenda Perjuangan. Tulisan ini dicat warna kuning sehingga terlihat sangat mencolok dibandingkan tenda-tenda lainnya. Tenda ini berada persis di belakang padepokan. Lokasinya berbatasan dengan sawah.

Luas tenda diperkirakan 4 x 4 meter. Tenda hanya terbuat dari terpal. Konon ceritanya, tulisan ini dibuat oleh seorang pengikut yang resah dan gelisah menunggu pencairan uang mahar sesuai janji Dimas Kanjeng.

Seorang pengikut Dimas Kanjeng mengatakan, tulisan itu dibuat temannya bernama Agus asal Jawa Tengah. Ia tidak mengenalnya secara dekat. Hanya sebatas menyapa antarpengikut Dimas Kanjeng.

"Tulisan itu dibuat untuk menyemangati yang sudah lelah. Ia memang sudah putus asa karena uangnya hilang ratusan juta di tangan Dimas Kanjeng. Makanya, dia buat tulisan tenda perjuangan," kata pengikut tadi, Jumat (30/9/2016).

Dia menjelaskan, Agus menganggap tenda itu saksi hidup perjuangannya selama di padepokan. Agus sudah lebih tujuh bulan bertahan di padepokan dalam kondisi kekurangan.

Berita Rekomendasi

Ia rela meninggalkan pekerjannya sebagai pedagang daging di daerah asalnya, termasuk meninggalkan keluarganya.

"Akhirnya Agus tidak kuat memperjuangkannya. Ia memilih pulang kampung sebelum Dimas Kanjeng ditangkap. Ia sudah tidak memikirkan uangnya," katanya.

Ia juga mengalami hal serupa, hidup di tenda padepokan ibarat sebuah perjuangan sia-sia mencapai kesuksesan. Namun, ia mengaku titik kesuksesannya ini terlalu panjang dan berliku.

Pengikut Dimas Kanjeng yang satu ini tidak memiliki gambaran apa yang ada di depannya. "Saya mau pulang saja, tapi masih menunggu transferan uang dari istri. Begitu ada uang saya pulang ke rumah," papar dia.

Sudah tujuh bulan ia berada di padepokan. Tujuannya sama dengan pengikut lainnya, menunggu pencairan uang mahar.

Syaratnya sebelum uang mahar yang digandakan cair, pengikut diwajibkan belajar agama mulai mengaji, salat, puasa, dan melakukan amalan-amalan lainnya.

"Intinya memperbanyak tirakat. Tapi, sampai tujuh bulan ini belum ada pencairan sama sekali. Saya dulu tahu padepokan ini dari teman saya," tuturnya.

Dia mengaku, niatnya memberikan uang mahar ini untuk memperkaya diri. Ia menyebut memiliki utang dan jumlahnya puluhan juta. Ia tidak memiliki uang sebanyak itu untuk menutupi utangnya.

"Saya justru semakin banyak utang sekarang, uang mahar tidak kembali sama sekali," ia menambahkan.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas