Tiga Prajurit Kodam Diponegoro Jadi Korban Dimas Kanjeng
ada tiga prajurit yang dipimpinnya diduga terkait aktivitas Dimas Kanjeng Taat Pribadi di padepokan Dimas Kanjeng
Editor: Sanusi
![Tiga Prajurit Kodam Diponegoro Jadi Korban Dimas Kanjeng](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/rekonstrusi-dimas-kanjeng-3_20161004_024412.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Panglima Kodam IV/ Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi mengatakan ada tiga prajurit yang dipimpinnya diduga terkait aktivitas Dimas Kanjeng Taat Pribadi di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Probolinggo Jawa Timur.
"Memang ada sedang kita dalami,"ujarnya,Rabu,(5/10)
Pangdam menuturkan laporan sementara yang bersangkutan sudah cukup lama tidak ikut kegiatan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dijelaskan, ketiga prajurit tersebut pernah ikut kegiatan dan memberikan beberapa sumbangan.
Namun dua sampai tiga tahun ketiga prajurit tidak ikut kegiatan Dimas Kanjeng lagi.
"Namun masih kita dalami sejauh mana keterlibatan ini bisa saja terjadi yang bersangkutan juga jadi korban. Kita dalami lebih lanjut. Mereka sudah kita panggil sementara yang bersangkutan juga menjadi korban karena mereka jugamemberikan sumbangan. Sudah cukup lama mereka meninggalkan kegiatan tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majlis ta'lim Daarul Ukhuwah, Sultan Agung Ustadz Sumariono menjelaskan, majlis ta'lim yang dipimpinnya sejalan dengan visi misi dakwah milik Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
"Visi misi kita sama dalam dakwah untuk menjadikan umat islam lebih baik, maka kita bergabung dalam dakwahnya," ungkapnya saat dihubungi via telpon, sedangkan Sumariono saat ini sedang berada di Malang.
Sumariono menjelaskan, tudingan adanya penggandaan uang yang dikaitkan dari kasus Dimas Kanjeng terhadap majlis ta'lim yang dipimpimnya, tidak lah benar. Menurutnya, hanya orang-orang sirik dan oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengaitkan hal tersebut untuk menjelek-jelekan majlis ta'limnya.
"Di tempat saya yang ada hanya iuran mingguan dan dibuka untuk umum. Sehabis dakwah majelis akan makan bersama, sekali kegiatan kami menghabiskan uang Rp 2 - 3 juta rupiah, tidak ada pembayaran mahar, siapa yang bilang seperti itu," ungkapnya.
Berbagai kegiatanpun digelar di aula yang terdapat di majlis ta'lim itu. Dan, semua kegiatan terbuka untuk umum.
"Tidak benar ada penggandaan uang di majelis ta'lim saya," ucapnya.
Disinggung masalah tudingan kejahatan yang melibatkan Dimas Kanjeng, Sumariono mengatakan dirinya tidak memercayai tuduhan kejahatan tersebut. Menurutnya, Dimas Kanjeng merupakan sosok yang islami dan memiliki kepribadian yang baik.
"Saya tidak pernah lihat Dimas Kanjeng menggandakan uang, beliau juga tidak pernah menyebut-nyebut uang pada saya," kata Sumariono.
"Dimas Kanjeng pernah kami undang untuk berdakwah. Dakwah yang disampaikan Dimas Kanjeng sangat baik, beliau tidak pernah meminta uang apalagi mengaku bisa menggandakan uang," tuturnya.
Untuk itu, Sumariono memohon kepada pihak-pihak terkait agar jangan langsung percaya dengan pemberitaan yang menyudutkan Dimas Kanjeng.
"Saya pribadi melihat ada oknum yang tidak suka dengan beliau. Kita mendidik jamaah dengan pola ukhuwah yang baik, saya yakin Dimas Kanjeng juga menerapkan pola yang sama. Saya melihat ada skenario dan ada unsur politik. Sebab, tudingan awal bukan soal penggandaan uang, tapi malah itu yang dibesar-besarkan," ungkapnya.
"Jumlah jamaah kami fluktuatif, kalau aktif semua ada 200-300 orang. Saya khawatir ini akan berdampak pada jamaah, mereka bisa meninggalkan majlis. Bahkan para ustaz juga bisa tidak mau lagi berdakwah di majlis Daarul Ukhuwah," tutupnya. (tribun jateng/tribun kaltim)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.