Pengakuan Santri: Dimas Kanjeng Tokoh Panutan dan Mahaguru
Pasca-penangkapan, sekitar 242 santri bertahan di padepokan beralas dan beratap terpal dengan bambu menjadi tiangnya.
Editor: Hasanudin Aco
Mahaguru yang dermawan
Seorang santri mengatakan, hingga hari ini, Jumat (7/10/2016), aktivitas di padepokan berlangsung seperti biasa sambil menunggu kelanjutan kasus Dimas Kanjeng yang ditahan Polda Jatim.
"Kami tidak mau pulang sebelum ada perintah dari Ketua Yayasan Marwah Daud Ibrahim. Kami yang muslim di sini tetap beribadah seperti biasa, shalat berjamaah lima waktu, mengaji, wiwid dan berkumpul dengan santri lain. Untuk makan sehari-hari kami masak dan beli di warung sekitar," kata santri tersebut.
Santri tersebut menambahkan, Dimas Kanjeng bagi seluruh santri adalah tokoh panutan dan disebut mahaguru.
Kemampuannya mendatangkan uang dan barang lainnya adalah anugerah dari yang maha kuasa.
Dimas Kanjeng kerap menunjukkan kemampuannya mendatangkan sesuatu dan diberikan kepada santri, baik uang, makanan, minuman, buah-buahan, cincin, dan sebagainya.
"Beliau juga dermawan pada santri. Saat santri mau pulang, kadang beliau memberikan uang saku yang lebih dari cukup. Pada peringatan hari besar keagamaan, beliau rutin memberikan santunan kepada fakir miskin dan anak yatim," katanya.
Sementara Muslih, santri asal Jember, menyebut ajaran Dimas Kanjeng seperti ajaran Islam pada umumnya.
Amal ibadah sesuai yang tercantum dalam Al-quran dan Hadits serta ajaran Nabi Muhammad.
"Di sini tak ada yang aneh. Santri di sini juga memiliki agama berbeda, ada yang Kristen, Budha, dan Hindu. Yang muslim, kami shalat di masjid dan melakukan amalan lainnya," katanya. (Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol)