Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan Soal Uang, Ternyata Ini Alasan Pengikut Dimas Kanjeng Enggan Pulang

AR pun sedikit tersinggung ketika dianggap tidak memiliki biaya untuk pulang.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Bukan Soal Uang, Ternyata Ini Alasan Pengikut Dimas Kanjeng Enggan Pulang
surya/Galih Lintartika
Tenda pengikut asal Bali di padepokan dimas kanjeng 

Selama mendapatkan jatah dari padepokan, ia tidak bisa memilih menu makanan.

“Saya biasanya tergantung dengan kakak, dan ayah sih, hari ini mau masak apa, nanti saya yang belanja,” ujarnya sembari menggoreng peyek teri.

Dalam sehari, kata YN, belanja untuk tiga orang keluarganya tidak menghabiskan uang lebih dari Rp 50.000. Di padepokan ini, ia tinggal bersama kakak pertamanya, dan ayahnya.

Ia mengaku sudah tiga bulan menetap dan tinggal di padepokan ini.

“Kalau beras kan sudah ada, saya bawa dari Bali. Persediaan saya cukup sampai beberapa bulan depan. Di tenda ini, saya sudah simpan beras 70 kilogram,” terangnya.

Perempuan yang memiliki usaha berjualan mukena bali ini menjelaskan, selama di padepokan hidupnya terasa nyaman dan tentram. Ia tidak merasa kelaparan atau pun kekurangan uang.

Bahkan, ia mengaku rezeki yang didapatkannya itu lebih banyak di padepokan ini.

Berita Rekomendasi

“Disini saya itu tenang sekali, saya bisa memperdalam ilmu agama,” ujarnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Ketenangan itulah yang menjadi alasan YN untuk tetap bertahan di padepokan. Ia mengatakan, tidak ada paksaan atau aturan yang mewajibkan pengikut di padepokan ini tinggal di padepokan.

Sewaktu – waktu pulang pun tidak ada yang melarang.

“Toh, kata yang mulia (sapaan Taat Pribadi di Padepokan) tanah ini milik santri. Siapa yang mau tinggal dipersilahkan, yang mulia tidak melarang. Justru yang mulia yang akan pergi, kalau semisal tempatnya tidak cukup untuk tinggal santri,” terangnya.

Ia mengaku sebenarnya, bukan persoalan biaya atau hal lain yang membuatnya tetap bertahan di padepokan.

Namun, ia merasakan ketentraman hati, pikiran dan jiwa saat ada di padepokan ini.

“Di sini, saya diajarkan arti keikhlasan, kesabaran, tawadlu, dan masih banyak lagi. Dari sinilah, saya belajar banyak tentang pengetahuan agama,” ungkapnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas