'Santri' Dimas Kanjeng Dipulangkan ke Ngawi dalam Kondisi Tidak Bernyawa
Selama ini Sumarno dikenal sebagai prajurit perekrut anggota baru padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi untuk wilayah Kabupaten Ngawi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Surya Doni Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Sumarno (54) 'santri' di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Cangkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, dipulangkan ke Ngawi dalam keadaan meninggal.
Meninggalnya warga Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi itu bocor, Jumat (14/10/2016) sore atau dua hari setelah jenazah bapak satu anak itu dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi, Rabu (12/10/2016).
Selama ini Sumarno dikenal sebagai prajurit perekrut anggota baru padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi untuk wilayah Kabupaten Ngawi.
"Kami sempat curiga dengan kematian Pak Sumarno, tapi kami sekeluarga tidak bisa berbuat banyak. Kami langsung memakamkan jenazahnya, tanpa memeriksa penyebab kematian mendadaknya itu," kata Sukadi, keponakan almarhum Sumarno kepada SURYA.co.id, Sabtu (15/10/2016).
Sebelumnya, pihak kepolisian merahasiakan identitas Sumarno, pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi asal Ngawi ini.
Informasi awal, hanya Ke Ho alias Kusharsono (45), warga keturunan Tionghoa asal Kelurahan Pelem, Kecamatan/Kabupaten Ngawi yang menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
Namun, umat (14/10/2016) sore beredar nama Sumarno, yang dipulangkan ke desanya oleh empat pria suruhan Kanjeng Dimas Taat Pribadi dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
"Bukan hanya keluarga, kemungkinan juga perangkat di desa kami, semua seperti tidak percaya Pak Sumarno meninggal," kata Sukadi.
Saat ini Sutarni istri almarhum sangat terpukul dengan kematian suaminya itu apalagi meninggal dengan membawa uang mahar milik warga Ngawi yang berhasil direkrutnya namun tidak mengetahui sampai berapa jumlahnya.
Tidak hanya itu, keberadaan uang mahar yang berhasil dihimpun dari anggota baru yang diajak almarhum Sumarno itu sekarang dimana, tidak ada yang tahu, termasuk Sutarni.
Diduga, uang mahar itu sudah diserahkan almarhum Sumarno kepada Taat Pribadi.
"Wajar kalau istri almarhum (Sumarno) sekarang shock, kehilangan suami, pencari nafkah keluaganya. Lebih menambah beban pikirannya lagi, suaminya meninggal dengan membawa uang mahar dari anggota baru yang tidak tahu jumlahnya,"katanya.
Sutarni, lanjut Sukadi, kini lebih banyak menangis dan mengurung diri dikamarnya.