300 Kepala Keluarga Tolak Tanahnya Diganti Rugi untuk Pembangunan Bandara
Kurang lebih 450 bidang tanah yang hingga hari ini diakuinya masih dimanfaatkan untuk pertanian
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Wahana Tri Tunggal (WTT) sebagai organisasi warga penolak bandar makin lama makin surut anggotanya seiring banyaknya warga yang beralih setuju dengan pembangunan bandara yang sudah memasuki tahap ganti rugi.
Ketua WTT Martono mengatakan saat ini anggotanya yang menolak pembangunan bandara memang menyusut cukup drastis, namun dia meyakini anggota yang tersisa masih solid menolak pembangunan bandara.
"Memang berkurang hampir setengahnya dari sekitar 600 KK sekarang tinggal sekitar 300 KK tapi kami masih solid," ujarnya di LBH Yogyakarta Jumat (4/11/2016).
Dari jumlah itu ada kurang lebih 450 bidang tanah yang hingga hari ini diakuinya masih dimanfaatkan untuk pertanian.
Walaupun harus melihat pembangunan yang sudah dimulai di beberapa sisi serta kepolisian yang hampir setiap hari berkeliling mereka tidak gentar.
"Kita tetap manfaatkan tanah itu untuk pertanian dan kami menolak dijadikan bandara karena itu tanah produktif," ujarnya.
Berkurangnya pendukung WTT menurutnya karena banyak warga yang merasa mau tidak mau bandara akan dibangun sehingga mereka pasrah, sebagian lain diajak oleh warga lain yang sudah bersedia dan berbincang dengan pihak angkasa pura.
Dia sendiri menyatakan akan terus bertahan di tanahnya dan menolak pembangunan bandara.
"Bandara ini kan hanya untuk pariwisata, padahal hidup gak cuma pariwisata karena pangan lebih penting," ujarnyan.
WTT bersama LBH Yogyakarta sendiri kembali mempertanyakan keabsahan hukum pembangunan bandara karena proses Amdal baru akan dilakukan padahal pembangunan sudah masuk tahap ganti rugi.