Situs di Mojokerto Ini Ternyata Gapura Pintu Masuk Kota Kerajaan Majapahit, Bakal Dibuka Untuk Umum
Situs gapura ini diduga adalah pintu masuk menuju ibukota Kerajaan Majapahit di era awal.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Pasca temuan struktur bangunan kuno di Dusun Gapuro Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dan proses ekskavasi, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, dipastikan bahwa situs itu adalah bagian dari gapura kuno.
Situs gapura ini diduga adalah pintu masuk menuju ibukota Kerajaan Majapahit di era awal.
Kasi Perlindungan, Pemanfaatan dan Pengembangan BPCB Trowulan, Edhi Widodo menjelaskan, tim memang sudah melakukan ekskavasi selama seminggu, terhitung mulai 1-7 November kemarin.
Dari proses ekskavasi itu, struktur kuno itu menyerupai bentuk gapuro dibandingkan candi (tempat pemujaan).
"Sesuai dengan tempat ditemukan situs ini, maka strukturnya adalah gapura kuno," katanya kkepada Surya (TRIBUNnews.com Network), Selasa (8/11/2016).
Dijelaskan, meski bagian struktur itu adalah gapura, namun yang sudah diekskavasi baru satu bangunan saja.
Sedangkan pasangan gapuro lain, dia belum menemukannya. Namun dengan adanya kepastian gapura, maka kemungkinan di daerah itu adalah pintu masuk ke dalam kota besar atau bahkan ibukota Kerajaan Majapahit di era awal.
"Kalau gapura, jelas ada dua struktur. Yang kami temukan baru satu gapura saja," ujarnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Dia memperkirakan, satu gapura lain masih terpendam di area ladang tebu yang bersebelahan dengan temuan situs ini.
Adapun jika melihat bentuk situs ini, maka tinggi gapura mendekati situs Wringin Lawang di Kecamatan Trowulan, yang tingginya 23 m.
"Memang tak setinggi di Wringin Lawang. Sedangkan untuk lebar pintu masuk situs gapuro ini, diperkirakan sekira empat meter," tuturnya.
Dengan ditemukannya satu bagian gapura kuno ini, maka tugas BPCB Trowulan berikutnya adalah mencari satu bagian gapura lainnya.
Namun untuk mencari situs lainnya, BPCB baru akan melakukan ekskavasi pada 2017 mendatang.
"Masih banyak temuan terpendam di area ladang tebu. Ekskavasi berikutnya pada tahun depan," katanya.
Sedangkan untuk bagian gapura yang sudah diekskavasi ini, dia akan membuka untuk umum sebagai objek wisata.
Hanya saja, agar situs ini tak rusak oleh tangan jahil, dia bakal mencari juru pelihara situs yang diambil dari warga dusun itu.
"Juru pelihara ini akan bertugas awal tahun depan. Adapun untuk honor, kami akan usulkan ke pemerintah puat atau bisa dari pemkab," pungkasnya.