Betapa Sedihnya Suratman, Punya Rumah Tetapi Tidak Berani Tidur di Dalam Rumah
Keluarga Suratman, korban longsor di Lempongsari I RT 02 RW 03, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur belum tinggal di rumahnya.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Permadi
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Keluarga Suratman, korban longsor di Lempongsari I RT 02 RW 03, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur belum tinggal di rumahnya.
Mereka masih tidur di beranda rumah.
Suratman mengatakan belum berani tidur di dalam rumah lantaran rumah belum dibersihkan dan diperbaiki.
Ia juga masih khawatir terjadi longsor susulan. Aktivitas masak memasak pun dilakukan di beranda.
Saya disuruh ngungsi ke balai desa. Tapi saya nggak mau. Eman-eman meninggalkan rumah. Mending di sini saja," ujarnya.
Beginilah kehidupan anggota keluarga Suratman setelah terjadi tanah longsor dan bongkahan batu besar menimpa rumahnya di Lempongsari RT 02/03, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, Kamis (17/11).
Lurah dan PMI, kata Suratman, sudah mengunjunginya kemarin pagi. "Pak Lurah sudah datang tadi (kemarin) memberi tahu akan dibantu bersih-bersih dan perbaikan bersama TNI dan Polri besok (hari ini)," ujarnya, Kamis (17/11).
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi meninjau lokasi longsor di Lempong Sari I RT 02 Rw 03 dan RT 03 rw 03 Kelurahan Lempongsari,Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Rabu (16/11) pagi.
Pihak PMI, kata Suratman, akan memberi bantuan asbes untuk atap rumah Suratman.
"Saya berharap dapat bantuan perbaikan rumah dan kami bisa segera menempati rumah," ujarnya.
Sementara itu, menantu Suratman, Slamet Muhammad mengatakan untuk aktivitas mandi, cuci, kakus (MCK) ia dan sekeluarga masih menumpang di tetangga.
"Kamar mandi rumah hancur terkena batu besar. Sementara menumpang di tetangga," ujarnya.
TINJAU - Walikota Semarang Hendrar Prihadi tinjau rumah yang tertimpa longsor di Lempongsari, Kota Semarang, 16 November 2016.
Saat kejadian, Slamet masih di tempat kerjanya. Ia langsung pulang ketika mendapatkan kabar rumah tertimpa longsor.
Ia merasa beruntung ketika putrinya, Nabila Puspitasari yang duduk di bangku kelas XI belum pulang dari sekolah.
"Kamar anak saya hancur juga terkena batu besar. Beruntung dia belum pulang sekolah. Kasur dan buku-buku sekolahnya masih di bawah batu besar," ujarnya.
Pantauan Tribun Jateng, tidak hanya rumah Suratman saja yang tinggal di bawah tebing tinggi. Ada sekitar 7 rumah dalam kondisi serupa.
Sementara ada dua rumah berada di atas rumah Suratman. Slamet sebenarnya merasa khawatir tinggal di daerah perbukitan. "Khawatir sih khawatir. Tapi mau bagaimana lagi," ujarnya. (*)