Helikopter EC725 Buatan PT DI Ini Bisa Dipakai Perang dan SAR
Helikopter full combat SAR mission EC725 merupakan helikopter yang mampu mengangkut beban hingga 11 Ton dengan kinerja yang luar biasa.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Eko Sutriyanto
"Helikopter full combat SAR mission EC725 ini juga memiliki visibiltas yang sangat baik untuk melihat ke bawah dan ke samping," kata Budi.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI, Budiman Saleh, mengatakan, pemesanan enam helikopter itu dilakukan pada 2013.
Kemenhan menandatangani kontrak pemesanan dan pembelian enam helikopter full
combat SAR mission EC725 beserta suku cadangnya.
“Nilanya kontraknya mencapa 155,5 juta euro. Tapi nilai euro-nya pada 2013 bukan yang sekarang. Dan dua unit pertama ini kontrak yang pertama untuk diserahkan,” kata Budiman.
Helikopter itu, kata Budiman, memiliki keunggulan yang lebih ketimbang helikopter jenis Augusta AW101.
Helikopter setipe dengan EC725 itu lebih berat ketimbang buatan PT DI tersebut.
“Dia tiga engine, sedangkan kita dua engine. Tapi kemampuan angkatnya punya kita jauh lebih baik,” kata Budiman.
Ryamizard mengaku bangga dengan helikopter buatan PT DI tersebut.
Hal itu menunjukkan bangsa Indonesia mampu membuat helikopter yang berfungsi untuk perang dan SAR.
Pemerintah berkomitmen memperkuat industri alutsista dalam negeri.
“Kalau kita bisa buat kenapa harus beli dari luar. Kecuali teknologi yang memang belum ada, kita bisa beli dari luar, tapi ada syaratnya seperti transfer of technologi, imbal dagang, lokal konten, dan lain-lain,” kata Ryamizard.
Ryamizard mengatakan, produk karya anak bangsa pun tak kalah dengan produk buatan luar negeri. Buktinya, beberapa negara tetangga seperti Thailand dan Filipina ikut memesan pesawat buatan PT DI.
“Inilah yang kita bisa buat dan ternyata sudah ada yang beli. Tidak hanya pesawat, kapal juga sudah ada yang memesan. Makanya kita harus bangga terhadap bangsa kita ini mampu,” kata Ryamizard.
Ryamizard pun yakin, Indonesia bisa membuat alutsista secara mandiri 10 tahun kemudian. Pemerintah pun terus menggenjot industri alutsista di Indonesia untuk mampu memproduksi alutsista yang dibutuhkan.
“10 tahun ke depan kita juga harus sudah bisa buat pesawat tempur sendiri. Dengan demikian kekuatan kita mandiri dibuat sendiri,” kata Ryamizard. (cis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.