Kakek Dibantu Istrinya Cabuli Gadis Cilik, Ini yang Bikin Amarah Khouni Meledak
Amarah Khouni kian bergolak lantaran informasi bahwa O dalam beraksi diduga dibantu istrinya yang juga sudah renta.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BITUNG - Khouni Lomban Rawung, istri Wali Kota Bitung terlihat berbeda Rabu (7/12). Senyum di wajah lenyap, berganti amarah.
First lady Kota Bitung ini meradang mendapati kasus dugaan cabul terhadap Bunga, sama samaran, bocah 11 tahun melibatkan pria tua berumur 60 tahun berinisial O.
Amarah Khouni kian bergolak lantaran informasi bahwa O dalam beraksi diduga dibantu istrinya yang juga sudah renta.
Oma bertugas memberi uang pada Bunga, diduga sebagai pancingan.
"Ini sudah di luar batas kemanusiaan, saya minta aparat menseriusi kasus ini," beber dia dengan wajah memerah, Rabu (7/12/2016).
Menurut Khouni, hal seperti ini menghambat pembangunan Kota Bitung. Ia bertekad memerangi tindakan cabul yang merusak generasi muda. "Ini harus diakhiri," kata dia.
Khouni turut mendampingi Bunga saat melapor ke Polres Bitung dan pemeriksaan visum di RS Manembo-Nembo, Selasa siang.
Begitu dilapori kejadian itu oleh salah satu tokoh agama Selasa siang, Khouni meninggalkan aktivitasnya, bergegas menjemput Bunga di rumahnya.
Di RS Manembo - Nembo, Khouni nampak terenyuh dengan penderitaan bocah cilik itu.
Berulangkali ia membelai Bunga.
Kata-kata penguat diberikannya pada Bunga yang terlihat begitu tertekan. "Sabar ya nak," kata dia.
Khouni juga yang mendorong Bunga di atas kursi rodanya dari ruang UGD menuju ruang pemeriksaan. Kepada dokter, Khouni berpesan agar Bunga dirawat dengan baik.
Khouni berjanji akan terus mendampingi Bunga dalam pemulihan traumanya. "Saya yang bayar semua ini, saya juga sediakan psikolog," ujar dia.
Bukan kali ini saja Khouni bertindak demikian.
Beberapa waktu lalu dia juga mendampingi salah satu korban kejadian serupa.
Bunga memang terlihat begitu sedih. Di atas kursi rodanya, ia selalu menundukkan kepala dan meneteskan airmata.
Ekspresinya ketakutan. Wajahnya selalu menoleh ke kanan dan kiri, layaknya orang tengah diburu.Bicaranya selalu terbata - bata, terpotong oleh tangisan.