Penganut Kepercayaan Doakan Warga Korban Gempa Aceh
Penderitaan masyarakat aceh juga merupakan penderitaan penganut aliran kepercayaan parmalim sebagai anak bangsa.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Medan Royandi Hutasoit
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Penganut Kepercayaan Parmalin setiap Sabtu menggelar ibadah bersama yang disebut dengan Mar Ari Sabtu.
Ibadah Mar Ari Sabtu ini selalu dijadiakan para penganut Kepercayaan Parmalin untuk mendoakan hal-hal yang terjadi di Negara Indonesia
Kali ini, pada hari Sabtu (10/12/2016) penganut Kepercayaan Parmalim yang ada di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara mendoakan warga yang berduka akibat bencana gempa bumi berkekuatan 6,5 skala richter.
Acara doa untuk warga Aceh ini digelar di rumah parsaktian Oppu Rugun Naipospos, di Desa Sibadihon, Kecamatan Bonatua Lunasi. Kegiatan ibadah yang diikuti kaum bapak, ibu dan anak-anak dan berlangsung khidmat.
Jintar Naipospos, sebagai ulu punguan (pemimpin) Parmalim mengungkapkan, penderitaan masyarakat aceh juga merupakan penderitaan penganut aliran kepercayaan parmalim sebagai anak bangsa.
"Karena itu, ibadah pada hari ini, selain mendoakan bangsa, kami juga sengaja mendoakan agar Indonesia terbebas dari segala bencana. Dan bagi masyarakat Aceh, kami doakan supaya tabah dalam menghadapi cobaan dari Tuhan ini," ujar Jintar kepada wartawan.
Untuk mengurangi beban derita para korban bencana di Aceh itu, Jintar berharap pemerintah untuk fokus memberikan bantuan baik pangan maupun bantuan percepatan rehabilitasi lokasi penduduk yang porak poranda terdampak bencana.
"Kita sangat apresiasi dengan kedatangan Presiden Jokowi secara langsung ke Aceh. Kita harapkan ini bisa menambah semangat bagi para korban bencana dan menjadi warning bagi pihak terkait, untuk mempercepat proses pembangunan tempat tinggal bagi para korban," imbuhnya.
Ia juga menyampaikan kiranya bencana tersebut menjadi bahan kajian bagi seluruh warga negara menginstropeksi diri, karena Parmalim meyakini bencana hadir akibat berbagai faktor. Ia mengajak seluruh warga negara kiranya bisa tergerak hatinya untuk menyalurkan bantuan bagi para korban.
"Salah satunya mungkin kita diingatkan untuk selalu menjaga bumi dengan segala isinya. Karena saat ini, bumi tuhan ini rusak akibat ulah manusia sendiri. Ini yang harus menjadi renungan kita" katanya.
Kegiatan Mar Ari Sabtu kali ini turut dihadiri Iwan Darmawan, peneliti kebhinekaan sekaligus dosen fakultas Universitas Pakuan Bogor, yang berkesempatan berbagi wawasan tentang kebangsaan.
Baca: Inilah Harapan Penganut Kepercayaan Parmalim Terhadap Kebhinnekaan Indonesia
Saat berdiskusi Iwan Darmawan menyampaikan kegiatan menemui komunitas-komunitas kecil yang kerap terpinggirkan dan terkesan jarang terpikirkan oleh pemerintah seperti parmalim ini, perlu dilakukan anak bangsa, karena ini kelompok ini terkadang justru menjadi tolok ukur dalam menjaga toleransi dan keberagaman.
"Pemerintah sering tidak sadar bahwa budaya kita tercermin di komunitas kecil yang jarang terpantau seperti ini (Parmalim). Karena itu hendaknya ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah, jangan hanya sibuk mencoba meredakan fenomena yang memicu ketakutan akan perpecahan bangsa, tapi komunitas kecil yang terus menjaganya secara turun temurun hingga saat ini, malah dilupakan. Mestinya ini dimunculkan biar menjadi contoh," pungkasnya.
Kepada Wartawan Iwan menjelaskan, untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika yang dilahirkan Mpu Tantular di zaman kerajaan Majapahit ini bisa selalu terjaga, andaikan seluruh lapisan masyarakat selalu menjaga Empat Pilar Kebangsaan.
"Sebenarnya, jika Empat Pilar Kebangsaan terjaga yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, dipastikan ancaman perpecahan tidak perlu ditakuti, karena tidak akan terjadi" tegasnya.(ryd/tribun-medan.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.