Ini Firasat yang Ditunjukkan Pelajar yang Korban Aksi Klitih di Bantul
Adnan meninggal dunia pada Selasa malam, 13 Desember 2016 sekitar pukul 19.30 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Victor Mahrizal
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Adnan Wirawan Ardiyanta (16), siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang meninggal dunia akibat tusukan senjata tajam oleh siswa lain, dikebumikan pada pukul 14.00 WIB di Pemakaman Bayen Purwomartani Kalasan Sleman, Rabu (14/12/2016).
Ayanda Adnan, Agus Riyanto yang melepas kepergian putranya, kepada Tribun Jogja mengatakan nyawa putranya tidak bisa diselamatkan karena pendarahan pada organ dalam.
"Tusukan itu menembus mengenai ginjalnya, sehingga mengakibatkan pendarahan parah," kata Agus Riyanto.
Adnan meninggal dunia pada Selasa malam, 13 Desember 2016 sekitar pukul 19.30 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih.
Usai kejadian pembacokan di Selopamioro, Imogiri, Bantul, Adnan dipindahkan ke Jogja Internasional Hospital.
Setelah itu, Adnan dipindah ke Rumah Sakit Panti Rapih.
Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Anggaito Hadi Prabowo saat menunjukkan sebilah clurit, yang digunakan sebagai senjata klitih anak-anak sekolah, yang beraksi di Imogiri kemarin, Selasa (13/12)
Agus mengatakan seminggu sebelum kejadian, kepada sejumlah familinya, Adnan berpamitan berulang kali karena mengaku akan pergi yang lama.
"Mungkin itu bisa jadi sebuah firasat, tapi karena semua sehat dan baik-baik saja, kekuarga menganggap sebagai sebagai candaan saja, tidak terpikir ada kejadian ini," kata Agus.
Ia mengatakan, saat akan pergi ke Gunung Kidul, Adnan pamit bertemu dengan teman-temannya.
Pada Senin, 12 Desember 2016, saat pulang bertemu dengan gerombolan siswa SMA lainnya.
Saat itulah terjadi pembacokan yang mengakibatkan meninggalnya siswa kelas X itu.