Ini Pengakuan Polos Peneror Bom Java Mall
"Kadang juga neleponi orang-orang yang tak dikenal, entah siapa yang diajak bicara," ujar dia.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Yayan Isro Roziki
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Nurman Dwiyantoro (48), mengaku sudah empat kali menelepon resepsionis Java Mall di Kota Semarang.
Dalam teleponnya dia mengatakan bahwa gedung itu sudah dipasangi bom dan dalam waktu dua menit akan meledak.
Setiap kali habis ditelepon, Java Mall hadirkan tim gegana dan petugas Polrestabes Semarang untuk menyisir lokasi memastikan bahwa pusat perbelanjaan itu aman.
Dan ternyata memang tak ada ditemukan bom sebagaimana dimaksudkan oleh si penelpon, yang tak lain adalah Nurman.
Setelah empat kali menelepon, akhirnya polisi menangkapnya di Kudus, tempat tinggal istrinya.
Setelah diringkus aparat Polrestabes Semarang, Nurman memberikan pengakuan mengejutkan.
Dia mengaku melakukan teror kepada Java Mall karena melampiaskan emosi saja.
Dia emosi karena jatah uang bulanan dari orangtuanya (mertua) kurang. Artinya nggak cukup untuk menghidupi anak istrinya.
Sebagai luapan emosi Nurman meneror Java Mall. Padahal nggak ada hubungan antara Nurman dengan Java Mall. Cuma kebetulan dulu kecil Nurman pernah tinggal lama di belakang Java Mall.
Sulami (43) istri Nurman mohon kepada polisi agar Nurman tidak dikaitkan dengan isu terorisme.
Menurut Sulami, suaminya mempunyai penyakit gangguan jiwa. Sehingga, kondisi jiwa dan psikologinya sering naik turun alias tak stabil.
"Dia gangguan jiwa tapi bukan gila, seperti orang-orang yang berkeliaran di jalan. Dia terkena skizofrenia," ucap dia. Lantaran itu, ia ingin agar suaminya dilindungi, serta dibersihkan nama baiknya.
Kakak ipar Sulami, Suswono (48), mengatakan jika tak sedang kumat, Nurman sejatinya sosok yang baik. Hanya, saat jiwanya dalam kondisi labil, Nurman terkadang sering berbicara sendiri.
"Kadang juga neleponi orang-orang yang tak dikenal, entah siapa yang diajak bicara," ujar dia.
Pengakuan serupa disampaikan Nurman Dwiyantoro. Menurut Nurman, ia memang aslinya adalah orang Semarang.
"Saya kelahiran Semarang, dulu tinggal di Jalan Jambu nomor 9. Di belakang Java Mall situ. Lalu nikah dapat orang sini, dan tinggal di sini (Kudus)," ucap dia.
Dituturkan, sedikitnya dia sudah empat kali melakukan aksi teror melalui sambungan telpon. Nomor telpon Java Mall, menurut dia, didapat usai menghubungi call center penerangan 108.
"Ini murni ide saya sendiri, sebagai pelampiasan amarah dan rasa jengkel saya. Saya tahu nomor Java Mall setelah telpon 108," terang Nurman. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.