Inilah Tips Mengurangi Potensi Tersambar Petir saat Mendaki Gunung
Pengalaman mendaki gunung sejak tahun 2000 membuat Fatkur Rahman lebih waspada dalam memakai alat penghantar listrik ketika mendaki.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pengalaman mendaki gunung sejak tahun 2000 membuat Fatkur Rahman lebih waspada dalam memakai alat penghantar listrik ketika mendaki.
Apalagi luka usai tersambar petir tidak bisa diketahui secara langaung dan diberikan pertolongan pertama.
“Saya punya senior yang pakai kawat gigi, kalau naik gunung pas ada petir juga takut. Paling standar yang dilakukan pendaki itu mengganti antena HT dari yang supersonik ke manual,” ungkap pria yang pernah tergabung dalam organisasi pecinta alam Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim, Surabaya, Rabu (13/12/2016) ini.
Menurut alumnus Fakultas Teknologi Industri UPN Jatim ini, kejadian tersambar petir bisa terjadi di manapun, bukan hanya saat mendaki.
Tentunya kesiapan psikis harus dimiliki. Sebab, psikis pendaki gunung berbeda dengan atlet pada umumnya.
“Kalau pendaki itu tahunya pertolongan pertama kalau digigit ular dan hipotermia. Sedangkan jika tersambar petir itu sulit, lukanya apa, sakitnya di mana, itu harus tahu kalau mau memberikan pertolongan pertama,” ungkap pria yang memulai bisnis outdoor ini.
Kesiapan psikis ini, menurutnya, juga harus diimbangi perlengkapan safety. Mulai dari sepatu gunung di atas mata kaki, celana yang nyaman dan cepat kering juga.
Bukan seperti celana jeans yang sekarang banyak dipakai pendaki.
“Kondisi fisik harus sehat jasmani dan rohani juga,” pungkasnya.