Lirik Mata Jadi Motif Awal 'Klitih' Pelajar di Yogyakarta
motif dari para pelaku klitih yang dilakukan oleh sekelompok pelajar adalah saling lirik atau karena beradu mata.
Editor: Sanusi
TRIBNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara pihak kepolisian, motif dari para pelaku klitih yang dilakukan oleh sekelompok pelajar adalah saling lirik atau karena beradu mata.
Klitih adalah salah satu bentuk anarkisme remaja yang sekarang sedang marak di Yogyakarta. Klitih identik dengan segerombolan para remaja yang ingin melukai atau melumpuhkan lawannya dengan kekerasan.
Pernyataan tersebut disampaikan Kapolda DIY, Brigjend Polisi Ahmad Dofiri, setelah menghadiri Sarasehan Persiapan Pengamanan Natal dan Tahun Baru, di Gedung DPRD DIY, Rabu (14/12).
"Mereka lirik-lirikan di tengah jalan. Yang satu habis piknik, biasa saja ketemu di jalan kemudian melirik. Kemudian terjadi pengejaran. Hasil pemeriksaan sementara seperti itu," terangnya.
Terkait dugaan aksi yang telah direncanakan, mengingat pelaku membawa senjata tajam dan juga menggunakan penutup wajah, Dofiri memperkirakan peralatan tersebut sengaja disimpan di sebuah tempat sebelum berangkat sekolah, dan diambil kembali saat pulang sekolah.
"Tapi yang jelas dari hasil pemeriksaan awal adalah dari lirik mata tadi. Ada delapan orang yang dari semalam (kemarin) kita lakukan penangkapan. Masih ada waktu 1x24 jam, kalau unsurnya memenuhi, kami lakukan penahanan," tegasnya.
Dofiri mengimbau, bahwa jangan sampai teman atau orang terdekat para korban klitih melakukan aksi balasan. Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 dan juga Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Muhammadiyah untuk meredam agar kasus klitih tidak lagi terulang.
"Imbauan dari sekolah dan DPW Muhammadiyah bisa ditaati agar tidak ada aksi balas dendam," ucapnya.
Sementara itu, keberadaan geng di kalangan pelajar tersebut, imbuhnya, tidak bisa bila hanya 'diperangi' dari aparat enegak hukum, namun juga butuh peran serta orang tua, guru, dan juga masyarakat.
"Kalau dari kami, akan melakukan penjagaan dengan konsep kembali ada polisi di sekolah. Melakukan koordinasi juga dengan gurunya, terlebih orang tua," tuturnya.
Wakil Ketua DPRD DIY, Arif Noor Hartanto mengungkapkan bahwa kekerasan yang melibatkan pelajar tersebut perlu dicari akar persoalannya.
"Bisa jadi karena di keluarganya ia tak menemukan lagi kehangatan, maka ia mencari jalan keluar dengan menyelesaikan semua persoalan menggunakan kekerasan," beber pria yang akrab disapa Inung tersebut.
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengatakan bahwa dalam hal ini dewan memberikan dukungan penuh kepada pihak kepolisian untuk melakukan penegakan hukum
"Kami akan mengundang instansi terkait, khususnya Dinas Pendidikan, bersama juga Pemda DIY, Kepolisian. Dan Kanwilkumham pada 28 Desember 2016 nanti untuk mencari jalan keluar agar kasus ini tidak terulang lagi," pungkasnya.
Seperti diketahui, kekerasan terhadap siswa kembali terjadi, kali ini korbannya yaitu sejumlah siswa Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah I, Yogyakarta.
Kasus ini bermula dari kejadian di Imogiri, Bantul, pada 12 Desember 2016. Rombongan korban pulang berwisata dari Gunungkidul menuju Bantul, sedangkan rombongan penyerang dari arah sebaliknya.
Saat berpapasan, kedua rombongan sama-sama membunyikan knalpot motor dengan keras. Rombongan penyerang berbalik arah dan mengejar rombongan korban sambil mengayunkan senjata tajam dan melempari rombongan korban dengan batu.
Rombongan korban memacu sepeda motor mereka karena takut. Ada yang jatuh dan ada yang berhasil kabur tapi terluka akibat sabetan senjata tajam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.