Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengaku kaget saat mendapatkan kabar duka wafatnya dr Buchary A Rahman SpKK, Minggu (25/12/2016) malam.

Informasi yang diperolehnya, almarhum yang pernah menjabat dua periode sebagai Wali Kota Pontianak ini, bahkan masih sempat salat isya berjamaah, Minggu (25/12/2016) malam.

Selain itu, selama ini Sutarmidji juga melihat kondisi almarhum dalam keadaan sehat.

"Saya kaget juga ya, karena beliau ini kan nggak sakit ya, padahal tadi masih salat berjamaah. Masih salat berjamaah katanya, salat Isya masih berjamaah. Jadi kita kaget lah, saya kan konsultasi juga sama dia, Vitiligo obat saya kan. Jadi biasa beberapa kali ketemu, dan beliau sehat," ungkapnya usai bersama Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono hadir di rumah duka, Jalan Seram I No 11, Pontianak, Senin (26/12/2016) sekitar pukul 00.10 WIB.

Menurut Sutarmidji, almarhum dr Buchary semasa hidup, dikenalnya sebagai sosok orang yang paling penyabar dan suka menyenangkan hati orang lain.

"Beliau sosok orang yang paling sabar, saya kenal beliau itu dari tahun 1998, periode pertama. Beliau orang yang sabar, kadang ada juga yang karena kesabaran dan karena dia orang yang tak bisa menolak kemauan atau permintaan orang," ujarnya.

Sutarmidji mengenal dr Buchary sudah cukup lama, bahkan pada masa sebelum dr Buchary akan mencalonkan diri pertama kali menjadi Wali Kota Pontianak.

"Kadang saking kesabarannya itu, saking kepeduliannya, ada yang memanfaatkan. Tapi beliau sendiri orang yang sangat sabar, saya mendampingi beliau kan cukup lama. Dari sejak pemilihan Wali Kota periode pertama, kami yang mengantarkan beliau menjadi Wali Kota. Periode kedua saya yang dampingi dan saya lihat beliau orang yang sangat sabar, cuma dia satu aja, Pak Buchary ini tidak sampai hati kate orang Pontianak, dan tak bise nolak permintaan orang, itu saja, selalu membuat orang senang," urainya.

Dari pengalaman mengenal sosok dr Buchary, satu hal yang tak pernah Sutarmidji lihat pada diri dr Buchary.

"Saya belum pernah lihat beliau marah. Malah saya kadang, harusnya menghadapi orang itu marah, dia tak marah, saya yang jadi marah kan," ungkap Sutarmidji.

Sosok dr Buchary bukan saja sebagai rekan kerja, sahabat, namun lebih dari itu. Sutarmidji menempatkannya dengan menganggap dr Buchary layaknya orangtua yang menjadi tempat berdiskusi dan bertukar pemikiran.

"Kalau sama saya, saya yang menganggap dia sebagai orangtua. Cuma ketika jadi Wakil beliau pun saya kadang suka mengingatkan beliau, mungkin karakter kami berbeda lah ya, saya orangnya bagaimana, beliau orangnya sabar, dokter kan harus sabar. Dokter itu kan karakternya pasti sabar dan hati-hati. Tapi kan nggak, karakter itu sampai menyatu dengan diri beliau sehingga nggak bisa ini, tetap saja care sama orang," kenangnya.

Semasa menjadi Wakil Wali Kota Pontianak, saat dr Buchary menjadi Wali Kota Pontianak di periode keduanya (2004 - 2009), Sutarmidji mengaku cukup aktif bertemu dengan dr Buchary.

Setidaknya, dalam sepekan tak kurang dari dua kali ia pasti ada menemui dr Buchary.

"Saya ketika menjadi Wakil beliau itu, seminggu dua kali pasti ketemu beliau. Saya mengerjakan segala sesuatu, setelah selesai saya kerjakan, saya pasti lapor ke dia. Saya mengisi apa yang beliau mungkin tidak sempat kerjakan, diperintah atau tidak, sehingga hubungan itu tetap baik," jelasnya.

Sutarmidji menambahkan, beberapa waktu terakhir memang kerap bertemu dengan dr Buchary.

Selain mengkonsultasikan penyakit Vitiligo yang dideritanya saat ini, ia juga kerap bertemu di berbagai kegiatan lainnya.

"Saya terakhir ketemu di Hotel Orchardz kira-kira dua minggu yang lalu. Kebetulan saya ke beliau ini saya konsultasi Vitiligo, beliau nanya Pak Tarmidzi ada dimana, saya bilang saya ada di Hotel Orchardz. Dia bilang, saya kebetulan dekat, jadi dia ke situ, ketemunya di situ. Kalau ketemu sering, kadang di Masjid Raya Mujahidin," kata dia.