Tersangka Bambang Tri: Nggak Usah Ikut Campur, Ini Urusan Saya Sama Jokowi
Keluarga ternyata tak banyak tahu mengenai aksi Bambang Tri Mulyono (45), tersangka kasus fitnah terhadap Presiden Joko Widodo.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BLORA - Keluarga ternyata tak banyak tahu mengenai aksi Bambang Tri Mulyono (45), tersangka kasus fitnah terhadap Presiden Joko Widodo melalui penulisan buku Jokowi Undercover.
Ny Desi (34), istri Bambang Tri mengaku tidak berani bertanya lebih lanjut mengenai kegiatan suaminya ketika menulis buku kontroversial itu.
"Itu urusan Bapak. Dulu, saat awal-awal saya pernah tanya, tapi beliau langsung menjawab tegas, nggak usah ikut campur, ini urusan saya sama Jokowi. Sejak itu, saya tak pernah tanya-tanya lagi," ujar Ny Desi kepada Tribun, ketika ditemui di kediamannya, Dusun Jambangan, Desa Sukorejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Selasa (3/1/2017).
Kediaman keluarga Bambang Tri tak begitu jauh dari pusat Kota Blora, hanya sekitar tujuh kilometer ke arah barat. Keluarga Bambang Tri Mulyono, cukup terpandang di kampung tersebut.
Ia merupakan bungsu dari enam bersaudara. Kakak sulungnya, Endang Suhartini (62), adalah mantan Kepala Desa Sukorejo.
Sedang kakak keduanya, Bambang Sadono, saat ini menjabat sebagai Ketua Kelompok Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sekaligus Ketua Badang Pengkajian MPR R periode 2014 - 2019.
Kompleks kediaman Bambang Tri terdiri dari tiga bangunan. Satu bangunan berbentu mirip pendopo di tengah, satu rumah sederhana di bagian depan samping kiri, serta bangunan bertingkat di belakang pendopo.
Di pendopo tampak dipajang sebuah foto bergambar Bambang Sadono bersalaman dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Ny Desi, kemungkinan sang suami mulai menggarap buku Jokowi Undercover sekira 2014.
"Saya tak tahu pasti, karena Bapak tak pernah cerita, saya juga nggak pernah tanya-tanya," katanya.
Menurutnya, sehari-hari Bambang Tri tak banyak beraktivitas di luar rumah. Waktunya diisi dengan beternak ayam dan mengurus kambing.
"Hanya, kalau malam sering baca-baca buku. Selanjutnya, terkadang mengetik di laptop. Ngetik apa saya juga nggak tahu," akunya.
Di kompleks rumah itu ia sekeluarga menempati sebuah kamar sederhana, yang berada di pojok bawah bangunan berlantai dua.
"Bisa dibilang numpang di rumah kakak," ujarnya.
Jika sesekali ada tamu, biasanya ditemui sang suami di pendopo. Sehingga, otomatis ia tak banyak tahu siapa saja orang-orang yang menemui suaminya.
Saat Bambang Tri ditangkap polisi pada Jumat (30/12/2016) lalu, Ny Desi juga tak menyadari persis kasus apa yang menjerat sang suami.
"Kala itu Bapak hanya bilang jangan bersedih atau takut, yang penting bersabar dan berdoa saja, semua ini untuk menegakkan kebenaran," ucapnya.
Disinggung apakah selama ini Bambang Tri aktif berorganisasi, Desi menampiknya. Menurutnya, Bambang jarang keluar rumah.
Selama ini, diakui, Bambang Tri memang tak pernah banyak bercerita kepada istri dan anak-anaknya.
"Tinggal bareng, tapi kan urusannya sendiri-sendiri. Bapak senang memperhatikan soal politik, sedang saya tidak tahu apa-apa soal politik," tambahnya.
Disinggung aktivitas suaminya saat Pilpres 2014 silam, Desi juga tak banyak tahu.
Menurutnya, menjelang Pilpres 2014, ia dan anak bungsunya tinggal di Purwokerto. Sedang Bambang Tri dan anak pertama tinggal di Blora.
"Saya ke sini (Blora) lagi pertengahan 2016," katanya.
Berdasarkan data di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Blora, Bambang Tri tak tercatat sebagai pengurus lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat (ormas), maupun organisasi politik (orpol) tertentu.
"Namanya mencuat ya setelah ramai ditangkap itu," ujar seorang pegawai di Kesbangpol Blora. (tribunjateng/yan)