Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ditampar karena Kurang Fokus dan Agar Tidak Hipotermia

Walau ia tidak bisa menyebut secara rinci, momen kekerasan dilakukan mulai pemukulan dengan ranting, tamparan, dan injakan kaki

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ditampar karena Kurang Fokus dan Agar Tidak Hipotermia
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI
Keluraga membawa jenazah almarhum Ilham Nur Padmy ke mobnil ambulkance saat berada di rumah duka RS Bethesda, Kota Yogyakarta, Selasa (24/1/2017). Ilham merupakan salah satu peserta diksar Mapala Unisi, Universitas Islam Indonesia yang meninggal seusai menjalani perawatan di RS Betheesda pasca menjalani diksar di Tawangmangu. Ilham meruopakan korban ke-3 yang meninggal dunia. TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI 

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kegiatan saat pendidikan dasar (Diksar) Mapala Unisi The Great Camping (TGC) di Tawangmangu masih misteri lantaran pihak kampus UII belum membeberkan hasil investigasi internalnya.

Peserta satu per satu menceritakan bagaimana proses diksar oleh seniornya selama tujuh hari.

Seorang peserta The Great, yang identisasnya dirahasiakan, membenarkan perlakuan kekerasan para seniornya dalam memberikan materi.

Walau ia tidak bisa menyebut secara rinci, momen kekerasan dilakukan mulai pemukulan dengan ranting, tamparan, dan injakan kaki terjadi kepada para junior.

Baca: Meninggalnya Tiga Mahasiswa UII jadi Momentum Perbaikan Sistem

"Saya enggak diinjak tapi tamparan ada. Itu kan ada filosofinya, ditampar karena kurang fokus agar atau agar tidak kedinginan biar tidak hipotermia," ujarnya saat dihubungi Tribun Jogja pada Rabu (25/1/2017).

Hasilnya, ia mengalami beberapa luka lecet di lengan.

Hal tersebut karena ia harus merayap dalam diksar yang diterapkan oleh seniornya.

Berita Rekomendasi

Dia menuturkan bahwa diksar berisi materi-materi seperti rock climbing (panjat batu), Orienteering (navigasi) hingga survival (bertahan hidup).

"Alhamdulillah sehat, tidak ada keluhan berarti. Paling hanya lapar karena materi survival selama tiga hari, tapi sehat kok. Doakan saja sehat semua," tuturnya.

Ia sendiri sudah melakukan cek kesehatan dua kali ke Rumah Sakit JIH. Usai cek fisik dan laborat, ia dinyatakan sehat.

Namun 10 temannya harus dirawat inap karena berbagai hal.

Baca: Polisi Amankan Barang Bukti Penganiayaan di Diksar Mapala UII

Selama proses Diksar, 37 peserta dibagi ke dalam lima kelompok dengan masing-masing 7-8 orang. Tiap kelompok dibina oleh tiga senior.

Mahasiswa angkatan 2015 ini sendiri rupanya satu kelompok dengan Ilham Nurpadmy Listia Adi dan Syaits Asyam, dua dari tiga mahasiswa UII yang tewas.

"Iya saya satu kelompok dengan mereka berdua. Saya sendiri enggak tahu soal Syaits yang ditarik senior, saya enggak lihat itu," ungkapnya.

Ia sendiri tidak kenal dengan tiga senior yang membina kelompoknya.

Dia dan kawan-kawannya tidak mengetahui nama dari para senior yang membina mereka selama diksar.

"Saya enggak tahu nama seniornya, karena mereka emang enggak pernah mempekenalkan diri dan kita enggak berani untuk namanya juga. Kan kita cuma daftar, lalu ikut," ucapnya.

Selain itu, dari penuturannya, panitia diksar saat di lapangan (Tawangmangu) dengan panitia saat peserta mendaftarkan diri berbeda. Sehingga dia tidak mengenali satupun panitia yang saat di Tawangmangu.

"Itu beda, makanya saya enggak kenal. Saya enggak kenal juga dengan yang namanya mas Yudhi. Saya juga enggak ngerti kok Syaits itu bisa tahu mas Yudhi, mungkin mereka sempat kenalan," katanya. (gil)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas