Warga Wedi Bikin Gunungan dari 30 Ribu Salak untuk Diperebutkan Warga
Demi mewujudkan Desa Wisata Salak, warga Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro menggelar Festival Salak, Kamis, (26/1/2017).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Demi mewujudkan Desa Wisata Salak, warga Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro menggelar Festival Salak, Kamis, (26/1/2017).
Mereka membuat gunungan salak setinggi kurang lebih 4 meter yang menghabiskan 30 ribu buah.
"Kami membuat gunungan salak ini supaya diperebutkan warga. Dari acara tersebut, banyak warga dari desa lain yang datang, harapan kami, promosi desa wisata bisa dikenal masyarakat luas," terang Muhammad Subhan, Ketua Panitia Festival Salak.
Festival Salak digelar bersamaan memperingati haul tiga tokoh agama desa tersebut, yakni, KH Basyir Al Mutaba, KH Abu Bakar, serta KH Abdul Jabar.
"Festival ini juga peringatan Haul orang pertama yang menanam salak di Desa Wedi, KH Basyir Al Mutaba," ujar Subkhan.
Kemeriahan rebutan salak terlihat ketika enam orang memukul gunungan salak. Buah salak itu merupakan sumbangan dari warga sekitar dari 21 RT di Desa Wedi.
Mereka mengarak gunungan dari buah salak itu dari kantor Balai Desa menuju Masjid Baiturrohmani.
Selain hanya dengan kirab salak, dalam Festival Salak Wedi ini juga diisi diskusi dengan berbagai instansi yang menyampaikan sejarah salak wedi, dan gagasan dari sejumlah tokoh untuk mengembangkan salak wedi yang terancam punah.
"Kami berharap festival salak ini membuat masyarakat kembali melestarikan salak yang mulai punah. Tanaman salak mulai banyak di tebang," jelasnya.
Salah satu inovasi dari bahan dasar salak menjadi bermacam makanan. Melalui tangan kreatif Dasawisma Desa Wedi, salak tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk buah, melainkan menjadi makanan seperti kare salak, dodol salak, puding salak, kembang sari, krupuk salak, salak goreng, kopi salak, dan masih banyak macam lagi.
"Semua makanan itu rasa salaknya tetap khas," terang Erna (34), Dasawisma RT 13 Desa Wedi.
Ciri khas salak wedi ini menurutnya, memiliki rasa asam, manis dan sedikit sepah. Ia berharap desa wisata agrowisata salak ini segera terwujud, sehingga penjualan salak bisa lebih laris.
Ekonomi masyarakat sekitar bisa tumbuh dengan memanfaatkan tanaman salak yang tumbuh disana menjadi makanan yang beragam. Desa Wedi, sebenarnya dari awal sudah terkenal tanaman salaknya.
Hampir setiap pekarangan rumah warga ada tanaman salak. Namun belum dikelola secara maksimal.