Derita Shendy, Tak Mau Minum Tuak Lalu Digebuki Temannya Hingga Lumpuh
Shendy kini duduk tak berdaya di atas kursi roda tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Sebagian batok kepalanya pun hilang.
Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Lampung Wakos Gautama
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Tragis. Itulah yang dialami Muhammad Shendy Septian. Remaja berusia 18 tahun ini harus kehilangan masa depannya.
Shendy kini duduk tak berdaya di atas kursi roda tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Sebagian batok kepalanya pun hilang.
Ditemani sang ibu dan beberapa kerabatnya, Shendy datang ke Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Bandar Lampung awal Agustus silam.
Sesekali ia tertawa melihat juru warta mengambil gambarnya saat menunggu sidang.
Mendengar para jurnalis mewawancarai keluarganya, Shendy yang mengenakan kaus hitam bertuliskan ‘Aku Sayang Mama’ memberikan isyarat jempol ke atas tanda setuju atas cerita bibinya tentang apa yang dialami Shendy.
Siang itu Shendy datang ke pengadilan hendak menghadiri sidang kasus yang membelitnya.
Shendy menjadi korban dari peristiwa pengeroyokan yang dilakukan belasan warga. Namun sidang ditunda karena mobil yang membawa delapan terdakwa pengeroyokan Shendy, rusak.
“Kami berharap pelaku pengeroyokan dihukum seberat-beratnya,” ujar Fadilah, bibi Shendy.
Beberapa warga menuduh Shendy ingin mencuri di dalam rumah warga bernama Aliyah di Kecamatan Telukbetung Utara.
Versi dari warga, Shendy masuk ke rumah Aliyah ingin mencuri. Warga yang melihat Shendy menghajar Shendy sampai kritis.
Namun itu semua dibantah oleh Fadilah. Fadilah mengatakan, Shendy tidak ingin mencuri.
Peristiwa tragis itu terjadi pada 9 Desember 2013 silam. Ketika itu Shendy masih duduk di bangku SMK.
Fadilah menceritakan, pada malam hari, Shendy disusul temannya bernama Garin.
Garin mengajak Shendy main ke tempat yang ada acara organ tunggal di Kecamatan Telukbetung Utara.
Di sana Shendy berkumpul bersama dengan teman-teman semasa SMP, yaitu Misri, Anjas dan Bagus.
Menurut Fadilah, Shendy ketika itu disuruh minum tuak namun menolak. Ternyata itu membuat salah satu rekannya marah.
“Shendy disiram tuak karena tidak mau minum tuak. Terjadilah keributan antara Shendy dengan teman-temannya itu,” kata Fadilah.
Kalah jumlah, Shendy melarikan diri. Teman-teman Shendy yang terlibat perkelahian itu meneriaki Shendy dengan kata maling.
Fadilah mengatakan, keponakannya itu bersembunyi di depan rumah Rofi, suami Aliyah. Warga yang mendengar teriakan maling melihat Shendy, yang notabene bukan warga sekitar. Warga pun menghakimi Shendy sampai babak belur.
“Kami pihak keluarga baru tahu Shendy masuk rumah sakit pagi hari ditelepon pak polisi,” ujar Fadilah. Fadilah bersama para keluarga melihat Shendy di rumah sakit.
“Waktu itu kondisinya mengenaskan mas. Sudah tidak berbentuk lagi tubuh keponakan saya,” ucapnya.
Shendy sempat mengalami koma selama beberapa hari. Beruntung nyawa Shendy masih selamat. Namun kondisinya kini sangat memprihatinkan.
Shendy tidak lagi bisa bicara. Sebagian tempurung kepalanya hilang karena operasi.
Shendy lumpuh sehingga harus menggunakan kursi roda. Berasal dari keluarga tak mampu, orangtua harus membiayai pengobatan Shendy.
Ayah Shendy bernama Sulaiman bekerja sebagai buruh lepas. Ibunya Zuraida, hanya ibu rumah tangga.
“Harta kami habis. Kami menjual rumah dan semua perabotannya untuk kesembuhan Shendy,” ujar Zuraida.
Zuraida mengatakan, suaminya sampai meninggal dunia setahun lalu karena memikirkan nasib Shendy.
Shendy bersama Zuraida sekarang menetap di rumah nenek Shendy. Shendy tidak mungkin untuk kembali normal.
Harapan keluarga hanya pada proses hukum yang kini sedang berjalan. “Kami berharap pelakunya dihukum seberat-beratnya,” tutur Zuraida.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.