Wanita Asal Jepang Pandai Menyinden, Ini Buktinya
Hiromi membawakan lima tembang gaya Solo di antaranya Kumandang Suroboyo, Ular Kambang, Janur Kuning, Kelinci Ucul, dan Jali-Jali.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Surya, Pipit Maulidiya
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Hiromi Kano, sinden asal Jepang itu, memukau pengunjung Ciputra World Surabaya, dalam acara Japan Now, Festival Japan ke-3 di Surabaya, Minggu (19/2/2017).
Perempuan lulusan Tokyo Collage of Music dan ISI Surakarta Jurusan Karawitan ini, membawakan tembang dengan apik diiringi musik dari Gamelan RRI Surabaya.
Hiromi membawakan lima tembang gaya Solo di antaranya Kumandang Suroboyo, Ular Kambang, Janur Kuning, Kelinci Ucul, dan Jali-Jali.
Meski ada beberapa kata tak begitu sempurna dinyanyikan, namun suara dan tembang yang Kiromi bawakan tetap enak dinikmati.
"Memang sulit bagi saya mengucap beberapa huruf dalam bahasa jawa. Salah satunya huruf "n". Sulit sekali, 20 tahun nembang masih ada saja huruf yang sulit diucap. Namun saat ini lebih mendingan daripada dulu waktu pertama belajar," katanya sambil tertawa usai pertunjukan.
Saat ditanya dari mana minat belajar nembang datang, Kitomi tersenyum. Dirinya mengaku tertarik begitu saja dengan budaya Indonesia yang satu ini.
Tahun 1996 silam, terlebih saat pertama kali datang di Indonesia, masyarakatnya begitu menggandrungi lagu-lagu tembang, sehingga membuatnya penasaran.
"Ya suka aja begitu. Dulu di media televisi, acara mantenan dan khitanan hiburannya adalah nembang. Di sekolah-sekolah di Solo, tempat saya tinggal anak-anak diajari nembang. Sekarang sangat berbeda, orang Indonesia tidak lagi tertarik tembang. Mereka sepertinya lebih suka dangdut," katanya sedikit kecewa.
Menurut Hiromi, pergeseran budaya ini juga karena peran media. Di satu sisi, media - media di Indonesia mempertontonkan budaya dangdut tanpa mengimbanginya dengan budaya tradisional.
"Media di Indonesia mempertontonkan dangdut, atau budaya modern lainnya. Tapi tidak mengimbanginya dengan budaya tradisional seperti ini. Tidak seperti di Jepang, yang seimbang antara budaya modern dan tradisional. Sampai saat ini orang Jepang tidak lupa budayanya sendiri," tuturnya.
Meski sudah 20 tahun berkecimpung menjadi sinden, Hiromi mengaku tetap mencintai budaya aslinya, budaya Jepang. Salah satunya adalah hingga saat ini dirinya masih mengikuti sebuah stasiun televisi yang menayangkan Kabuki atau wayang orang.(*)