Serentak Buka Baju, Ratusan Warga Suku Sakai Tampak Emosi
Bosan menunggu perwakilan warga Suku Sakai cukup mempengaruhi semangat seratusan warga yang tampak ingin menembus masuk kantor Gubernur
Penulis: Budi Rahmat
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Hingga sore ini, Rabu (15/3/2017) pukul 17.00 WIB seratusan warga Suku Sakai masih bertahan di halaman depan kantor gubernur Riau.
Warga bersikukuh bertahan sebelum adanya solusi dari pemerintah daerah terkait aspirasi tanah ulayat.
Bertahannya warga Suku Sakai sempat menimbulkan ketegangan saat warga yang kelelahan namun tidak kunjung adanya respon dari pemerintah daerah.
Meski Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman sempat menemui warga namun tidak ada solusi jelas dari aspirasi warga Suku Sakai.
Warga Suku Sakai serentak membuka baju dan mengambil posisi siap.
Bosan menunggu perwakilan warga Suku Sakai cukup mempengaruhi semangat seratusan warga yang tampak ingin menembus masuk kantor.
"Kami ini asli warga pribumi Riau. Kami anak Suku Sakai. Inilah kami. Kami tidak pernah takut mati. Pantang bagi kami pulang sebelum apa yang kami harapkan dikabulkan," teriak salah seorang warga Suku Sakai yang tampak begitu emosional.
Namun aksi tersebut buru-buru diantisipasi puluhan personel polisi yakni menambah jumlah polisi untuk mengamankan.
Personel anti huru hara terlihat siaga di halaman dalam kantor yang dibatasi pagar.
Komitmen seratusan warga Suku Sakai mulai mendapat perhatian.
DPRD Riau melakukan pertemuan dengan Gubernur Riau dan instansi terkait untuk mencarikan solusi dan menghindari kemungkinan warga yang memilih bertahan, perwakilan warga pun diajak masuk ke dalam untuk berdiskusi.
Namun perwakilan menegaskan akan meminta penyelesaian tanah ulayat ada solusi.
Jika tidak maka menginap di halaman kantor gubernur menjadi pilihan sampai besok.
Seperti diberitakan, seratusan warga Suku Sakai, Riau berunjukrasa ke kantor Gubernur Riau, Rabu (15/3/2017) siang.
Warga membawa aspirasi tanah ulayah yang disebut sudah diserobot oleh salah satu perusahaan perkebunan.
Berjalan kaki sejauh 120 kilometer dari Kandis Kabupaten Siak menuju Kota Pekanbaru, warga mendesak pemerintah daerah mencarikan solusi agar tanah mereka bisa dikembalikan.