Kiprah 65 Ibu Rumah Tangga di Surabaya Angkat Jajanan Pasar hingga Mancanegara
Jajanan pasar, kue basah, kue kering home industry, identik dengan kudapan masyarakat menengah ke bawah.
Editor: Sugiyarto

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Jajanan pasar, kue basah, kue kering home industry, identik dengan kudapan masyarakat menengah ke bawah.
Namun jangan salah, jajanan dan kue basah bikinan warga di Kampung Kue Kelurahan Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut ini, pasarnya sudah naik kelas.
Mulai santapan dari hotel ke hotel, konsumsi di kantor pemerintahan sampai kudapan di pesawat antar negara.
Perputaran ekonomi di kampung kue setiap harinya bahkan masuk di angka Rp 20 juta.
Geliat ekonomi ini tumbuh dari 65 warga Kampung Rungkut Lor Gang 2 yang tergabung dalam paguyuban kampung Kue Surabaya.
Dari tangan-tangan ulet mereka, tersaji aneka kudapan enak yang sudah dipesan dan digemari banyak kalangan di dalam maupun luar kota.
Sariatun (60), salah satunya yang sehari-harinya membuat kue lemper ayam. Saat ditemui Surya, Minggu (19/3/2017), ia terlihat sibuk membungkusi gulungan lemper yang sudah diisi daging ayam.
Ia biasa memroduksi lemper sampai 1.500 biji setiap hari, untuk pesanan maupun dijual ke pasar kampung kue.
“Itu baru lemper, belum iwel-iwel, wajik tetel,” ucap ibu tiga anak ini.
Untuk membuat 1.500 biji lemper itu, Sariatun dibantu tiga karyawan yang bertugas menanak beras ketan, hingga membungkus lemper.
“Untungnya lumayan, sehari bisa masak beras ketan sampai 40 kilogram. Untungnya setiap kilo beras ketan Rp 3.000. Alhamdulillah bisa bantu biaya hidup,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Sumiatun (52), pembuat pastel isi jamur ayam, bikang, dan terang bulan. Tidak hanya itu, ia juga memproduksi aneka kue kering.
Ada sembilan jenis kue kering yang ia produksi secara berkala. “Kalau kue basah seringnya untuk pesanan. Alhamdulillah setiap hari ada,” ulasnya.
Ia mengaku, sejak ada brand sebagai kampung kue, pendapatannya bisa meningkat berkali-kali lipat. Terutama sejak produknya ada izin usaha, merek, dan halal.