Sang Putri Bangga Patmi Gugur dalam Perjuangan Melestarikan Alam
Kendati sangat bersedih, Utami dan keluarga mengaku bangga sebab Patmi meninggal dalam perjuangan demi melestarikan alam.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PATI - Suasana duka menyelimuti sebuah rumah sederhana di Desa Larangan RT 03 RW 01, Kecamatan Tambakromo, Pati, Selasa (21/3/2017).
Rumah itu merupakan kediaman Patmi (48), aktivis penolak pabrik semen yang meninggal ketika turut dalam aksi mengecor kaki (kaki dicor semen) di depan Istana Presiden, Jakarta, Selasa dini hari.
Sedianya, Patmi akan pulang ke Pati, Selasa kemarin, bersama para aktivis lain.
Namun Tuhan berkehendak lain, Patmi meninggal dunia dalam perjalanan dari YLBHI Jakarta ke RS St Carolous, Salemba.
Patmi dilarikan ke rumah sakit, setelah sebelumnya pingsan, seusai mandi pada sekitar pukul 02.30 dini hari.
"Sesampainya di rumah sakit, Bu Patmi dinyatakan meninggal dunia, diduga karena serangan jantung mendadak," kata aktivis YLBHI Jakarta, Muhammad Isnur, yang selama ini turut mendampingi para aktivis selama menggelar aksi.
Anak sulung Patmi, Sri Utami mengatakan, dia menerima kabar ibunya meninggal pada Selasa pagi. Ia pun merasa kaget dan syok.
Baca: Pegawai Honorer RS Diminta Menikahi Pasangan Mesumnya Usai Digerebek Satpol PP
Sebab, saat berangkat ke Jakarta, pada Rabu (15/3/2017) lalu, Patmi dalam kondisi sehat. Terlebih selama ini Patmi tak punya riwayat sakit jantung.
"Ya kaget, selama ini di rumah sehat, tak pernah punya riwayat sakit jantung. Namun bagaimana pun kami sekeluarga sudah ikhlas," ucapnya.
Kendati sangat bersedih, menurut Utami, ia dan keluarga mengaku bangga. Sebab Patmi meninggal dalam perjuangan, demi melestarikan alam untuk generasi mendatang.
"Ibu gugur dalam perjuangan, kami bangga," ujar dia sembari menyeka air mata. (tribunjateng/yayan)