Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Usai Nyepi, Krama Bali Desa Adat Adat Kedonganan Gelar Tradisi Mebuug-buugan

Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Caka 1933 usai dilaksanakan. Namun, prosesi adat Hindu Bali masih belum usai dilakukan.

Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Sugiyarto
zoom-in Usai Nyepi, Krama Bali Desa Adat Adat Kedonganan Gelar Tradisi Mebuug-buugan
TRIBUN BALI/RIZAL FANANY
Warga desa Kedonganan usai mengikuti tradisi mebuug-buugan (mandi lumpur) di lolohan (aliran) mangrove di kawasan desa kedonganan, Badung, Kamis (10/3/2016). Tradisi yang pernah vakum lama mulai tahun 1963-2015 akibat meletusnya Gunung Agung dan Peristiwa G/30/S PKI ini diikuti 6 banjar yang bertujuan menetralisir hal-hal negatif di kawasan desa. TRIBUN BALI/RIZAL FANANY 

TRIBUNNEWS.COM, BALI- Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Caka 1933 usai dilaksanakan. Namun, prosesi adat Hindu Bali masih belum usai dilakukan.

Masih dalam perayaan Nyepi prosesi adat asal Desa Adat Kedonganan menggelar tradisi Mebuug-buugan.

Mebuug-buugan, ialah berlumpur-lumpuran. Tradisi asli desa adat krama (warga) Kedonganan ini adalah upaya melakukan pembersihan diri.

Ketua Sekaa Teruna se Desa Adat Kedonganan I Made Gede Budhyastra, menjelaskan bahwa filosofi dari tradisi ini ialah pembersihan diri yakni pembesihan badan kasar dan jiwa warga.

Dimana sekitar 1000 orang memolesi diri dengan lumpur sebagai tanda raga dan jiwa yang masih kotor, kemudian di basuh dengan air.

"Sekitar 1000 orang dari enam STT yang mengikuti prosesi tradisi ini," katanya Rabu (29/3/2017).

Tradisi asli desa adat Kedonganan ini penuh makna yang terkadung. Itu dengan prosesi yang dilakukan antara melumuri badan dengan lumpur di Mangrove Kedonganan dan membasuhnya di Pantai Pemeliasan.

Berita Rekomendasi

Dimana Mangrove itu berada di Timur Desa dan Pantai Pemeliasan di Barat Desa. Makna yang terkandung ini seperti terbit dan tenggelamnya matahari.

Pendek kata, lumpur itu merupakan perumpaan sebagai perlambang keburukan yang dibuat, kemudian masyarakat menutupnya atau membasuh keburukan untuk ke depannya.

"Intinya memang ini adalah pembersihan diri," paparnya.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas