Usai Nyepi, Krama Bali Desa Adat Adat Kedonganan Gelar Tradisi Mebuug-buugan
Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Caka 1933 usai dilaksanakan. Namun, prosesi adat Hindu Bali masih belum usai dilakukan.
Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Sugiyarto

TRIBUNNEWS.COM, BALI- Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Caka 1933 usai dilaksanakan. Namun, prosesi adat Hindu Bali masih belum usai dilakukan.
Masih dalam perayaan Nyepi prosesi adat asal Desa Adat Kedonganan menggelar tradisi Mebuug-buugan.
Mebuug-buugan, ialah berlumpur-lumpuran. Tradisi asli desa adat krama (warga) Kedonganan ini adalah upaya melakukan pembersihan diri.
Ketua Sekaa Teruna se Desa Adat Kedonganan I Made Gede Budhyastra, menjelaskan bahwa filosofi dari tradisi ini ialah pembersihan diri yakni pembesihan badan kasar dan jiwa warga.
Dimana sekitar 1000 orang memolesi diri dengan lumpur sebagai tanda raga dan jiwa yang masih kotor, kemudian di basuh dengan air.
"Sekitar 1000 orang dari enam STT yang mengikuti prosesi tradisi ini," katanya Rabu (29/3/2017).
Tradisi asli desa adat Kedonganan ini penuh makna yang terkadung. Itu dengan prosesi yang dilakukan antara melumuri badan dengan lumpur di Mangrove Kedonganan dan membasuhnya di Pantai Pemeliasan.
Dimana Mangrove itu berada di Timur Desa dan Pantai Pemeliasan di Barat Desa. Makna yang terkandung ini seperti terbit dan tenggelamnya matahari.
Pendek kata, lumpur itu merupakan perumpaan sebagai perlambang keburukan yang dibuat, kemudian masyarakat menutupnya atau membasuh keburukan untuk ke depannya.
"Intinya memang ini adalah pembersihan diri," paparnya.