Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Banjir Besar di Samarinda Siklus 10 Tahunan

Curah hujan yang cukup tinggi, ditambah dengan debit air sungai yang meningkat, dinilai menjadi sebab utama terjadinya banjir

Editor: Sugiyarto
zoom-in Banjir Besar di Samarinda Siklus 10 Tahunan
tribunkaltim.co/ Christoper D
Warga di kawasan Bengkuring, Samarinda Utara membawa sejumlah pakaian untuk dibawa mengungsi karena rumahnya kebanjiran, Jumat (7/4/2017). 

Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D

TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Curah hujan yang cukup tinggi, ditambah dengan debit air sungai yang meningkat, dinilai menjadi sebab utama terjadinya banjir, yang telah bertahan sejak tanggal 4 april silam, hingga hari ini.

Bahkan, akibat musibah banjir ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, menetapkan status siaga satu.

Dan, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membantu warga yang terkena imbas banjir.

Dari data yang ada, banjir yang cukup besar melanda tiga kawasan, yakni di kawasan kelurahan Temindung, jalan Pemuda dan sekitarnya, hingga simpang 4 Lembuswana, lalu di kelurahan Gunung Lingai, tepatnya di perumahan Griya Mukti Sejahtera dan sekitarnya, lalu di kawasan Bengkuring. Bahkan, saat ini dikabarkan banjir besar juga terjadi di kawasan Lok Bahu, Sungai Kunjang.

"Hampir semua personil BPBD, ada sekitar 56 personil turun ke lapangan, jadi nyaris kosong yang di kantor, semua ke lapangan. Kita siaga 24 jam, tentunya dibantu dengan LSM relawan, Tagana, dan pihak terkait lainnya," ungkap Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Samarinda, Nanang Arifin, Jumat (7/4/2017).

Lanjut dia menjelaskan, banjir kali ini bisa dibilang banjir yang cukup besar terjadi, pasalnya sudah lebih dari 3 hari, air belum juga surut, bahkan diketahui di hari kedua dan ketiga, air mengalami peningkatan.

Berita Rekomendasi

"Dari pantauan kami, hari ke 4 ini, air masih stagnan, kalaupun ada penurunan, tidak banyak. Tapi, kita sudah bangun posko kedaruratan disejumla wilayah, yang berada di setiap kelurahan," ungkapnya.

Kendatai telah membangun sejumlah posko kedaruratan, namun pihaknya tidak membangun posko pengungsian.

Dikarenakan, sesuai dengan koordinasi dengan RT yang warganya menjadi korban banjir, banyak warga yang mengungsi ke rumah sanak keluarganya maupun tetangga yang tak terkena banjir.

"Sudah koordinasi dengan RT setempat, untuk saat ini belum dibutuhkan untuk membangun tenda pengungsian, karena warga ngungsi ke rumah keluarganya," tuturnya.

Banjir ini jadi yang terbesar dalam kurun waktu 10 tahun, mulai dari tahun 1998, 2008 dan 2017. Dirinya pun tidak dapat memprediksi kapan air mulai surut.

"Bisa dibilang ini jadi siklus 10 tahunan, dan kita tetap siaga bantu warga, hingga fasilitas umum dapat kembali normal, dan tentunya jika banjir sudah surut, dan warga dapat kembali ke rumah masing-masing," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas