Terlalu Besar, Matrejo Nyerah Jaga Rumah Tersangka Pungli Terminal Peti Kemas Palaran
Rumah megah yang terdapat di jalan Harun Nafsi, Samarinda Seberang, merupakan milik dari sekretaris Komura, Dwi Hariwinarno
Editor: Sugiyarto
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Rumah megah yang terdapat di jalan Harun Nafsi, Samarinda Seberang, yang merupakan milik dari sekretaris Komura, Dwi Hariwinarno, salah satu tersangka kasus pungli jasa bongkar muat di terminal peti kemas Palaran, kembali didatangi tim Bareskrim Mabes Polri.
Kedatangan tim Bareskrim kali ini untuk menyita sejumlah aset milik tersangka.
Kemegahan memang tampak dari tampilan luar rumah yang didnominasi warna putih itu, namun isi rumah tersebut tak kalah mewah.
Dari informasi yang ada, di dalam rumah tersebut terdapat beberapa peralatan fitnes, dan sejumlah fasilitas lainnya, termasuk kolam renang.
Namun ruang gerak awak media terbatas, sehingga tidak bisa menulusuri rumah megah tersebut.
Matrejo (70), warga perum Komura, yang merupakan mantan pekerja dibawah naungan Komura itu menceritakan, dirinya sempat ditawari oleh pemilik rumah untuk menjadi petugas keamanan rumah tersebut.
Namun, dirinya menolak karena rumah tersebut terlalu besar. Walau rumah itu terpasang sejumlah kamera CCTV di sejumlah titik, namun dirinya tetap menolak, karena merasa tidak sanggup.
"Besar sekali rumah ini, jadi saya tolak bekerja disini," ungkapnya, Rabu (12/4/2017).
Dia pun cukup hafal isi dari rumah tersebut, dia mengatakan di belakang rumah terdapat kolam renang, lalu terdapat peralatan fitnes yang kerap digunakan oleh anak tersangka.
Lalu, garasi yang terapat di rumah tersebut, dapat menampung lebih dari tujuh kendaraan roda lima, termasuk kendaraan roda dua.
Bahkan, dipekarangan rumah juga terdapat gazebo dengan ukiran kayu, termasuk satu ring basket.
"Di belakang ada kolam renang, lalu ada alat fitnes, termasuk ada sarang burung walet di atas garasi itu," tuturnya.
Namun, dirinya tidak tahu pasti ada berapa jumlah kamar di rumah itu, dia memperkirakan terdapat lebih tiga kamar, yang jumlah besar-besar.
"Selain sebagai pengurus Komura, dia (Dwi) juga punya usaha pemborong bangunan, bahkan usahanya ini sampai ke Balikpapan, padahal dia dulunya hanya buruh biasa sama seperti saya, tapi nasibnya berbeda," urainya.
"Orangnya kurang bergaul, tapi setahu saya sejak dulu tidak pernah terlibat masalah. Sudah dua tahun dia tinggal disini, dulunya rumahnya di perum Komura juga, jadi sekeluarga tinggal disini," ungkapnya. (*)