Dirjen PKH Tercengang Keseharian Bupati Lingga tak Lebih dari Petani
Bahkan, semua biaya kegiatan penanaman indigofera itu, tidak menggunakan dana APBD maupun APBN.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, LINGGA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian RI, I Ketut Diarmita mengaku tercengang melihat keseriusan Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau dalam mempelopori gerakan menanam pakan hijauan indigofera di bumi "Bunda Tanah Melayu" itu.
"Kesan pertama saya, tercengang. Baru dua minggu saya bicara dengan Pak Bupati, hari ini sudah terwujud. Lahan sudah terbuka cukup luas dan siap ditanami," ungkap Ketut pada acara penanaman pakan hijauan indigofera di Tanah Putih, Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat, Lingga, Kamis, (20/4/2017).
Menurut dia, konsep pengembangan pakan hijauan indigofera yang direncanakan dilakukan secara massal di Lingga merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan daya saing peternakan di Kabupaten Lingga. Dengan ketersediaan pakan yang cukup dan murah, maka produktivitas ternak akan meningkat dengan sendirinya.
"Saya tidak perlu janji berapa ekor sapi yang akan kami bantu untuk Lingga. Tapi, dengan adanya penanaman indigofera hari ini, saya yakin sapi akan berkembang biak di sini," katanya.
Selain melakukan kegiatan penanaman indigofera, dalam kunjungan kerjanya ke kabupaten Lingga, Ketut juga mengikuti kegiatan Inseminasi Buatan (IB) dalam mendukung program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB).
"Tadi, saya dapat info, sebelum ke kantor, pak Bupati masih bisa menyempatkan diri datang ke kebun dan ke sawah. Yang membuat saya tercengang lagi, kesehariannya tak lebih dari petani. Andai saja Indonesia punya 10 orang bupati seperti ini, saya yakin target swasembada pangan akan mudah tercapai," bebernya.
Sementara itu, Bupati Lingga, Alias Wello mengatakan, kegiatan penanaman indigofera di atas lahan seluas 100 hektar tersebut, merupakan inisiatif pribadinya. Bahkan, semua biaya kegiatan penanaman indigofera itu, tidak menggunakan dana APBD maupun APBN.
"Kalau semuanya harus menggunakan dana APBD atau APBN, kita tak akan maju-maju. Kita harus bangun semangat kepeloporan. Kita harus berani memulainya, kerja, kerja dan kerja," tegasnya.
Mantan Ketua DPRD Lingga ini menceritakan pengalamannya menginisiasi pencetakan sawah baru di Desa Sungai Besar, Kecamatan Lingga Utara tanpa menggunakan uang APBD maupun APBN.
"Awalnya muncul fitnah macam-macam, saya dilaporkan ke KPK dan Kejaksaan. Ini terjadi karena kita masih selalu berpikiran masa lalu. Semuanya bergantung pada dana APBD/APBN baru jalan," katanya.
Menurut dia, membangun persawahan baru di Lingga, butuh keberanian melawan mitos. Karena, sejak zaman kejayaan kerajaan melayu Riau Lingga ratusan tahun silam, daerah ini tidak pernah melakukan budidaya tanaman padi.
"Alhamdulillah, hari ini Lingga sudah memproduksi beras. Pemerintah pusat sudah mempersiapkan Lingga sebagai lumbung pangan di wilayah perbatasan Kepulauan Riau, Singapura dan Malaysia," beber Alias.