Petani Purbalingga Uji Tanam Padi Nuklir, Ini Keunggulannya
Petani Purbalingga menanam padi Sidenuk hasil rekayasa teknologi nuklir di atas lahan seluas 23 hektare. Begini keunggulan padi Sidenuk.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, PURBALINGGA - Pemerintah Kabupaten Purbalingga bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengembangkan varietas padi Inpari Sidenuk di Purbalingga.
Varitas padi tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi nuklir di bidang pertanian. Tanam perdana padi tersebut dilakukan di Desa Senon, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Rabu (3/5/2017).
Uji coba tanam padi nuklir di atas lahan seluas 23 hektare, 10 hektar di antaranya di Desa Senon, Kemangkon, 10 hektare di Kecamatan Kalimanah, dan 3 hektare untuk penangkaran di Desa Kedungjati, Bukateja.
Sekretaris Utama Batan, Falcony Margono, meyakinkan rekayasa teknologi nuklir untuk tanaman padi mampu membawa keuntungan bagi petani berupa hasil panen yang lebih banyak.
"Rata-rata panen untuk lahan satu hektare dapat mencapai 9 hingga 10 ton. Hasil ini bukan final, dan akan terus diteliti hingga bisa melebihi range yang dicapai saat ini," kata Falcony pada Kamis (4/5/2017).
Batan saat ini telah menghasilkan 22 varietas padi hasil teknologi nuklir. Varietas padi tersebut telah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dengan luasan kurang lebih 3 juta hektare.
Khusus varietas padi Sidenuk, kata Falcony, mampu menghasilkan gabah kering giling sebanyak 9,1 ton per hektare atau lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi lainnya.
"Tanaman padi varietas Sidenuk tersebut berhasil dikembangkan di sejumlah daerah percontohan baik wilayah Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Penggunaan varietas ini sudah mencakup sekitar 40 persen di tingkat nasional," kata Falcony.
Selain panen lebih banyak, kata Falcony, varietas padi Sidenuk punya keunggulan lain, yakni berasnya terasa pulen dan memiliki umur lebih pendek dibanding varietas lain.
Penyempurnaan varietas terus dilakukan. Batan saat ini sedang mengembangkan varietas baru, yakni Tropical yang lebih unggul dibandingkan dengan Sidenuk karena masih memiliki kekurangan .
"Varietas padi Tropical memiliki keunggulannya lebih tahan terhadap serangan hama dan diperkirakan tiga tahun lagi sudah bisa dipasarkan untuk dikembangkan," kata dia.
Falcony mengungkapkan, sejak 1982, Batan telah memanfaatkan sumber radioaktif dari reaktor nuklir untuk memperbaiki benih padi varietas biasa pada tahap awal saja.
Hal itu tidak berisiko lantaran radiasi sangat rendah. Sumber radiasi juga tidak berpengaruh setelah menjadi beras. "Sehingga beras hasil teknologi nuklir sangat aman untuk dikonsumsi," ia menjelaskan.
Bupati Purbalingga, Tasdi, menyambut baik kerja sama pihaknya dengan Batan. Diharapkan, kerja sama ini terus berlanjut, tidak hanya dalam bidang pertanian.
"Dulu kita mengenal nuklir hanya untuk perang, ternyata teknologi nuklir bisa untuk perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. Syukur nanti Batan bisa menghasilkan padi berumur lebih pendek lagi," kata Tasdi.
Tasdi berharap, Purbalingga yang memiliki sejumlah wilayah sebagai lumbung padi akan mampu mencapai surplus beras pada 2017 ini.
Pada tahun 2015, surplus beras di Purbalingga mencapai 63 ribu ton, tahun berikutnya, 2016 surplus sebanyak 46 ribu ton.
"Mudah-mudahan target surplus beras tahun ini 81 ribu ton bisa tercapai. Purbalingga sangat mendukung agar Indonesia tidak impor beras, tetapi justru sebaliknya, bisa ekspor beras," harap dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.