Nyawa Bocah Berusia 2,5 Tahun Melayang dalam Kecelakaan Lalu Lintas di Karangasem
Suardana yang mengenakan jaket berwarna coklat itu menangis sambil memeluk istrinya yang histeris memanggil Septiari bayinya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Bali, Hisyam Mudin
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ni Wayan Sumini dan Ketut Suardana menangis histeris, saat dokter memastikan nyawa bayi mereka, Ni Putu Dewi Septiari (2,5) tak bisa diselamatkan di IGD RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Minggu (7/5/2017) kemarin, pukul 18.15 Wita.
Suardana yang mengenakan jaket berwarna coklat itu menangis sambil memeluk istrinya yang histeris memanggil Septiari bayinya.
Isak tangis pun sontak terdengar dari keluarga yang tak tahan melihat Septiari terbaring kaku.
Satu kali 24 jam, Septiari, anak semata wayang dari pasangan Ni Wayan Sumini dan Ketut Suardana (30) terbaring lemah dan tak menyadarkan diri di IGD RSUP Sanglah.
Hingga, pada Minggu (7/5/2017) kemarin, sekitar pukul 18.15 Wita, dokter memastikan nyawa Septiari tak terselamatkan.
Septiari, diketahui menjadi korban lalu lintas (lakalantas) pada Sabtu (6/5/2017) di Jalan Raya, Bebandem, Karangasem, Bali, sekitar pukul 11.30 Wita.
Saat itu, Septiari bersama kedua orangtuanya baru pulang memetik bunga dari desa sebelah untuk prosesi upacara sembahyang dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Mio.
Setelah sampai di rumah, ayah Septiari menyuruh Sumini belanja ke toko.
Sumini pun tidak mau sendirian, ia bersama bayinya pergi belanja ke toko dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Mio.
Ketika melintasi jalan raya Bebandem, datang truk pasir dari arah barat, sementara Sumini membonceng bayinya dari arah timur.
Secara bersamaan, truk pengangkut pasir menyalip motor yang dikendarai Sumini bersama bayinya.
Nahas, motor yang dikendarai Sumini ini terserempet truk pasir pada bagian setang motor.
Sumini yang mengandeng bayi pun terhempas bersama motor dan bayinya.
Akibat kejadian tersebut, Septiari, bayi satu-satunya Sumini mengalami luka parah pada bagian wajah, kening bagian kanan dan luka serius di bagian kepala sehingga Ia harus dilakukan tindakan operasi.
Pantauan Tribun Bali, sejak di IGD RSUP Sanglah, Denpasar, Septiari tak kunjung sadar dan detak jantung Septiari diketahui tidak normal sehingga pihak rumah sakit pun kesulitan dalam melakukan tindakan operasi secara medis.
Sampai akhirnya, Septiari menghembuskan napas terakhir, Minggu (7/5/2017) kemarin, pukul 18.15 Wita.
Wayan Kerti (40), salah satu keluarga mengatakan, pihak rumah sakit tidak bisa menjalankan tindakan operasi, karena Septiari tidak juga sadar dan detak jantungnya pun masih naik turun,
Wayan pun melanjutkan, dari keterangan Dokter, normal detak jantung bayi harus 36 permenit baru bisa dilakukan tindakan operasi," imbuhnya, saat ditemui di IGD RSUP Sanglah, Denpasar, kemarin.
Sementara itu, terkait identitas penabrak.
Wayan Kerti, mengaku tidak tahu nomor plat kendaraan truk yang menabrak sehingga pihak mereka kesulitan untuk melaporkan insiden nahas itu ke polisi.
"Truk yang menabrak langsung kabur, mungkin Dia tau, kalau yang ditabrak itu bayi sehingga dia langsung kabur, "kata Wayan Kerti.
"Gak punya hati Dia, mudah-mudahan dia mendapatkan balasan yang setimpal," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.