Di Balik Nama 'Alhamdulillah Lanang Anakku' Sampai 'Batman'
Alhamdulillah Lanang Anakku, Go To School, Slamet Hari Natal, Batman, sekian nama-nama unik orang Indonesia. Enggak percaya?
Editor: Y Gustaman
Karena namanya yang tidak umum itu, Slamet yang biasa dipanggil Slamet Yesus itu sering merasa kesulitan saat mengurus administrasi.
Ia bercerita saat mengurus administrasi untuk anaknya. Banyak yang menyangsikan bahwa namanya adalah Slamet Hari Natal.
"Setiap saya mengurus sesuatu yang membutuhkan KTP selalu begitu. 'Ini sungguh-sungguh atau hanya main-main'," kata Slamet menirukan ucapan petugas, saat ditemui di rumahnya, Selasa (27/12/2016).
4. Halimah Rus Tsunami
Dinas Registrasi Kependudukan Aceh mencatat, terdapat 31 orang bernama Tsunami. Sebagian besar mereka lahir ketika tsunami, dan sisanya lahir beberapa bulan setelahnya.
Umumnya, mereka berada di pesisir barat-selatan Aceh, yakni tempat terdampak tsunami paling parah di Aceh.
Salah satu dari mereka adalah Halimah Rus Tsunami yang lahir sehari menjelang tsunami, lalu dinamai lima hari setelah tragedi itu. Halimah berarti anak cerdas, sedangkan Rus merupakan nama panggilan bidan yang membantu persalinannya.
”Melalui nama itu, saya dan suami ingin Ami (panggilan Halimah Rus Tsunami) menjadi anak pintar, berguna untuk orang lain, dan selalu mengingat kebesaran Tuhan. Bencana tsunami adalah bukti kebesaran Tuhan,” kata Siti Dahliati (39), ibunya.
5. Bangun Rahardjo
Pasangan Moesodo Soediro-Fatimah Partasudarma memberi nama anak-anaknya Bangun Rahardjo, Ritul Pangastuti, Ibar RI Lestari, Dekon Sri Hutami, dan Djoko Tavip Nugroho sebagai pengingat situasi sosial, politik, hingga ekonomi pada masa pemerintahan Soekarno.
Bangun lahir saat Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun pada 1960-an. Ritul lahir tahun 1961 ketika Presiden Soekarno me-ritul atau merombak kabinet.
Ketika Irian Barat akhirnya bergabung dengan Republik Indonesia, Ibar memperoleh namanya yang merupakan kependekan dari Irian Barat.
Setelah itu, Presiden Soekarno mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada 1963, berisi kebijakan ekonomi jangka pendek yang akan ditempuh pemerintah. Kebijakan itu, antara lain, menekankan sistem ekonomi berdikari. Dari peristiwa ini, nama Dekon ditabalkan.
Setahun kemudian, tepatnya 17 Agustus 1964, Soekarno memopulerkan jargon Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP). Berasal dari bahasa Italia, ”vivere” berarti hidup, sedangkan ”pericoloso” adalah ”berbahaya”.