Geledah Rumah Kontrakan di Kampung Parunghalang, Densus Sita Buku Rekening
Densus 88 bersama Polda Jawa Barat menyita sejumlah data dari rumah kontrakan yang ditinggali A, terduga teroris bom bunuh diri di Kampung Melayu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DAYEUHKOLOT - Detasemen Khusus (Densus) 88 bersama Polda Jawa Barat menyita sejumlah data dari rumah kontrakan yang ditinggali A, terduga teroris bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Densus mengamankan beberapa unit handphone, dokumen-dokumen, buku-buku rohani dan buku rekening dari rumah kontrakan di Kampung Parunghalang, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah.
Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan semua barang yang disita tersebut masih akan didalami oleh Densus untuk menemukan keterikatan terduga A dengan aksi pengeboman di Kampung Melayu.
"Semuanya masih akan diperiksa di Jakarta," kata Yusri, Jumat (26/5/2017).
Selain menggeledah rumah kontrakan di Kampung Parunghalang, petugas juga menggeledah rumah kontrakan A di Kampung Babakan Sangkuriang, Desa dan Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Rumah kontrakan ini digunakan sebagai lokasi usaha bisnis karpet.
A memiliki dua orang putra dicokok di kawasan Jalan Raya Moch Toha, Kabupaten Bandung, Kamis (25/5/2017) malam.
Di hari yang sama, polisi pun mengamankan J di Kabupaten Bandung Barat dan WS di daerah Buah Batu, Kota Bandung.
"Semuanya masih kita dalami," ujarnya.
Sekitar pukul 13.30 WIB, tim Densus 88 dan Polda Jabar tiba di lokasi penggeledahan pertama, yakni tempat usaha karpet A di Kampung Babakan Sangkuriang.
Polisi mendobrak rumah bercat merah muda tersebut dan mengamankan benda seperti karpet yang dimasukkan ke dalam tas plastik.
Kemudian, tim menyisir rumah kontrakan milik kakek mertua dari A yang ditinggali oleh keluarga A di Kampung Parunghalang, sekitar pukul 15.00 WIB.
Densus dan Polda Jabar, kata Yusri, bergerak cepat dengan melakukan penggeledahan ke tiga tempat yang dijadikan domisili oleh terduga teroris tersebut.
"Mudah-mudahan dari hasil penggeledahan ini bisa membawa kita ke tempat yang lainnya," ujarnya.
Proses penggeledahan ini menyita perhatian warga, tak pelak puluhan warga pun berkerumuman di sekitar lokasi penggeledahan.
"Baru pertama kali ada yang seperti ini, saya tak menyangka dulu daerah ini suka kena banjir, sekarang ada (terduga) teroris," kata salah seorang warga.
Indra Wahdi (32), tetangga satu kontrakan A di Babakan Sangkuriang, mengatakan tidak ada aktivitas yang mencurigakan dari A.
Menurutnya, sehari-hari A menjual karpet dan sandal bersama istrinya.
"Tidak ada yang mencurigakan, dia orangnya baik, ramah dan suka mengobrol dengan tetangga juga," kata Indra kepada awak media di lokasi penyegelan.
Dalam kesehariannya, A juga tak jauh berbeda dibandingkan dengan warga lainnya. Jika banjir menerjang kawasan tersebut, A biasa menarik perahu untuk membantu warga lainnya melewati genangan banjir.
"Saya kurang tahu dengan teman-temannya, tapi setahu saya biasa saja dia suka ngobrol, ngopi di warung," kata Indra.
Indra akui, A hanya menjadikan rumah kontrakan di Babakan Sangkuriang sebagai tempat usaha saja.
"Hanya dijadikan tempat untuk menyimpan barang dagangannya, ngebungkus karpet kemudian ngirim (karpet), kadang istrinya juga sambil berjualan karpet di situ," kata Indra.
Ketua RT setempat, Adi Budiman (42), mengamini ucapan Indra. Selama ini A termasuk warga yang suka bergaul di lingkungannya.
"Saya tidak tahu kalau yang lainnya, tapi selama yang saya kenali dia orangnya baik," katanya.
Temukan Kejanggalan
Mertua dari A, Dedi Sunandi (52) menemukan suatu kejanggalan sebelum penangkapan menantunya oleh kepolisian.
Sebelum penangkapan ada seseorang tak dikenal yang tiba-tiba memotret A ketika sedang memotong ayam di Ciwastra, Buah Batu, Kota Bandung.
Hal itu diceritakan oleh Tita Fatimah (34), istri A, kepada ayahnya.
"Anak saya (Tita) bilang sambil bercanda kenapa tidak sekalian selfie saja, setelah membawa ayam kemudian memperbaiki motor, tiba-tiba ditangkap di daerah BBS," kata Dedi di Kampung Parunghalang.
Dedi mengatakan tidak ada gerak gerik yang mencurigakan dari menantunya tersebut. Walaupun terkadang, A pergi untuk mengantarkan cucunya sekolah pesantren di Bogor, Jawa Barat.
"Tidak pernah dia (A) pergi keluar rumah lama, misalnya seminggu pergi enggak pulang, biasanya juga suka ada di rumah, apalagi kalau dihubungkan dengan bom di Kampung Melayu, ketika itu terjadi dia ngobrol dengan saya di rumah," ujarnya.
Saat disinggung apakah ada perubahan yang mencolok, terutama dari segi religiusitas menantunya, Dedi mengamininya.
"Ya bedanya dulu dia pengangguran, kemudian belajar ke pondok bersama Aa Gym, di sana dia diberi ilmu dan bekerja di apotik 24 jam, kemudian keluar karena apotiknya tidak ada izin usaha, kemudian beralih ke karpet sejak empat tahun yang lalu," katanya
Dedi sendiri 80 persen yakin jika menantunya tidak terlibat dalam jaringan terorisme, pasalnya 20 persen lagi tidak kelihatan aktivitasnya.
"Dia selalu ada di rumah, paling mengantarkan karpet ke Pangalengan, Cimahi, saya selalu memantau," katanya.
Saat ditanya mengenai lokasi Tita, Dedi mengatakan bahwa anaknya tersebut tengah menjalani pemulihan karena sakit jantung.
Kutuk Pelaku
Bupati Bandung, Dadang M Naser, mengutuk aksi bom bunuh diri yang terjadi di Kampung Melayu beberapa waktu lalu.
Ia geram, karena aksi tersebut secara tidak langsung menodai dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
"Itu bukan jihad tapi jahat, agama Islam tidak mengajarkan seperti itu. Islam tidak memaksakan kehendak dengan melakukan perbuatan jahat. Ini yang mencoreng nama baik Islam, tidak boleh terjadi dan harus disadari oleh semua umat Islam," ujar Dadang kepada wartawan di Soreang, kemarin.
Terkait dengan salah satu warganya yang diduga terlibat dalam aksi peledakan bom bunuh diri, Dadang sangat menyayangkan hal tersebut.
Ia meminta masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya. Apalagi ketika ada pendatang baru.
"Masyarakat termasuk ormas, LSM dan lainnya harus peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Apalagi kalau ada pendatang baru yang menetap dilingkungannya dan terlihat eksklusif atau tertutup, jangan acuh tapi perhatikan sama-sama, tanyakan identitasnya," kata Dadang.
Dadang mengatakan, salah satu antisipasi yang efektif menangkal aksi terorisme, adalah dengan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Termasuk, menanyakan dan mencatat identitas pendatang baru di lingkungannya.
Selain itu, kegiatan ronda malam juga sangat efektif sebagai upaya deteksi dini terhadap berbagai ancaman gangguan keamanan, termasuk terorisme.
"Dari pemerintahan pun kami berusaha aktif melakukan operasi yustisi ke rumah-rumah, terutama rumah kontrakan dan kosan. Untuk memeriksa identitas para penghuninya. Semua orang yang ada harus terdata dengan baik identitasnya, kemudian apa keperluannya di tempat tersebut," ujarnya. (tribunjabar/dam)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.