Arsitek Jepang Kengo Kuma Kaget Ketatnya Pengurusan IMB di Indonesia
Arsitek utama Jepang dan master arsitek dunia Kengo Kuma merasa kaget mengetahui pengurusan Izin Mendirikan Bangunan di Indonesia yang sangat ketat.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Arsitek utama Jepang dan master arsitek dunia Kengo Kuma merasa kaget mengetahui pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Indonesia yang sangat ketat.
"Kaget juga saya kalau sangat ketat IMB di Indonesia," kata Kuma dalam seminar Kengo Kuma di Grand Bali Beach Sanur Denpasar Bali, Sabtu (17/6/2017).
Acara seminar dibuka Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE, M.Si, bersama Ketua IAI Bali Kadek Pranajaya dan Konjen Jepang di Bali Hirohisa Chiba.
Beberapa peserta seminar mempertanyakan, karya yang sudah indah dibuat Kuma, apabila harus diubah bagaimana perasaannya? Karena seringkali desain yang ada harus diubah di Bali sesuai desain dan budaya Bali.
Kuma pun yang kaget dengan aturan ketat itu segera menambahkan.
"Terus terang kaget. Kalau sudah kaget ya kita menenangkan diri dulu satu dua hari cari inspirasi baru, lalu buat lagi desain yang sesuai aturan yang diinginkan pemda Bali," kata Kuma.
Selain itu Kuma memang mengakui bukan hanya Bali, di China bahkan di Jepang juga sangat ketat soal desain arsitek tetapi memang yang paling penting adalah hukum negara yang bersangkutan.
"Kita harus ikuti semua aturan yang ada di suatu negara. Itu hal sangat pokok tak bisa dilanggar. Lalu kita buat sesuaikan dengan ketentuan yang ada. Kita diskusikan dengan pihak pemda setempat kalau begini bagaimana, sampai ketemu desain yang disepakati bersama," kata dia.
Baca: Angkernya Jalur di Km 121-122 Penginuman Gilimanuk, Dijaga Ancangan Naga Bontot
Memang bagi Kuma yang terpenting adalah kerja sama dengan orang lokal setempat karena memang desain dan bangunannya ada di sana, bukan di Negeri Sakura.
Oleh karena itu Kuma dalam bekerja biasanya membentuk satu tim yang juga terdiri dari orang lokal sehingga desainnya bisa disesuaikan dengan aturan lokal setempat dan tidak terjadi dua kali desain.
"Kita awalnya akan melakukan survei di lokal setempat, mengetahui semua aturan yang ada terlebih dulu agar tidak berbenturan. Kalau sudah menguasai lokal, mestinya semua akan berlangsung dengan smooth," ujar dia.