Penguburan Jenazah Penyerang Teror di Polda Sumut Berlangsung Cepat
Jenazah Ardial Ramadhana, penyerang petugas jaga di Polda Sumut, dimakamkan satu liang dengan kakek, nenek, dan abangnya.
Penulis: Array Anarcho
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Jenazah Ardial Ramadhana, penyerang petugas jaga di Polda Sumut, dimakamkan satu liang dengan kakek, nenek, dan abangnya. Permakaman Ardial berlangsung cepat dan dihadiri dekitar 15 orang kerabatnya.
Keluarga memakamkam jenazah Ardial di pekuburan Muslim di Jalan Kemiri, Kecamatan Medan Kota, Rabu (28/6/2017) sekitar pukul 12.00 WIB.
Em, penggali kubur di pemakaman Kemiri mengatakan, jenazah Ardial dikuburkan oleh kerabatnya di bawah kawalan petugas kepolisian.
"Prosesnya cepat," kata Em kepada Tribun Medan sambil menambahkan kakek Ardial adalah warga Kemiri.
Ardial yang menebar teror di Mapolda Sumut mengejutkan Budi, anggota jemaah sebuah masjid di Medan.
Budi mengenal Ardial yang berjualan jus di dekat masjid. Ia kerap bertemu Ardial saat salat Jumat. Pertemuan terakhir Budi dan Ardial sekitar sebulan sebelum Ramadan.
Pada pertemuan-pertemuan itu, Ardial dan Budi sering terlibat obrolan ringan. "Ardi suka menyapa saya. Bahkan dia kerap menanyakan kabar anak saya dan istri saya," kata dia.
Budi tidak menyangka di balik sikap ramah Ardial memiliki paham berbeda dari kebanyakan umat Muslim.
"Di balik sikapnya yang ramah, ternyata Ardial menganut paham radikal," Budi menambahkan.
Tetangga Ardial juga terkejut. Selama ini, Ardial dan orangtuanya tinggal di rumah kontrakan di Gang Dahlia, Dusun V, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Tembung, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Warga tak mengenalnya karena Ardial jarang bersosialisasi.
"Kalau pulang, selalu malam. Saya sendiri kurang begitu mengenal sosoknya seperti apa," kata Mega (43), penghuni rumah di depan rumah Ardial.
Wanita berambut pendek ini mengatakan, biasanya pagi-pagi Ardial sudah pamit berangkat kerja ke orangtuanya.
"Kalau pagi cuma lihat gitu aja, dia pamit sama mamaknya, lalu pergi," katanya. Mega menambahkan, sepengetahuannya, Ardial bekerja sebagai pedagang.
Sesekali, Mega dan Ardial berpapasan di depan rumah. Namun, keduanya hanya sebatas melempar senyum.
"Selebihnya saya tidak tahu dia seperti apa. Hanya begitu saja yang saya tahu," ungkap Mega.
Hal senada disampaikan Kepala Dusun V, Sulisno (50). Menurut dia keluarga Ardial belum lama tinggal di Dusun V.
"Mereka belum lama tinggal di sini. Saya sendiri enggak begitu mengenalnya seperti apa," ungkap Sulisno.
Sepengetahuan Sulisno, Ardial tinggal bersama ayah tirinya, yang sering dipanggil Pak Tri. "Kami kaget begitu tahu dia teroris. Makanya kamu sepakat untuk menolak kedatangan jenazahnya," kata Sulisno.