20 Ton Limbah Oli Bekas dari Korsel Dibuang ke Sungai Dekat Rusun Warga Surabaya
Limbah cair masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dibuang ke sungai dekat Rusun Romo Kalisari sebanyak 20 ton atau satu kontainer.
Penulis: Fatkul Alamy
Editor: Y Gustaman

Laporan Wartawan Surya, Fatkul Alamy
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Limbah cair masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dibuang ke sungai dekat Rusun Romo Kalisari sebanyak 20 ton atau satu kontainer.
Kasat Rerskrim Polretabes Surabaya, AKBP Shinto Silitonga, mengatakan limbah tersebut sesuai keterangan dokumen yang sudah diamankan petugas itu adalah oli bekas. Limbah tersebut dibuang sekitar 200 meter di sungai yang mengalir ke Teluk Lamong, Surabaya.
"Ada 20 ton dari satu kontainer yang sudah dibuang. Barang cair itu impor dari luar negeri (Korea Selatan)," ungkap Shinto kepada wartawan pada Jumat (14/2017).
Limbah oli bekas ada 4 kontainer. Barang tersebut dikirim dari Korsel itu tiba di Pelabuhan Teluk Lamong Surabaya pada 10 Juli 2017.
Selanjutnya kontainer yang berisi limbah itu dibawa dan dititipkan di Depo Peti Kemas PT Indra Jaya Swastika di Jalan Kalianak Surabaya.
Setelah dititipkan di Depo Peti Kemas, selanjutnya satu kontainer dibawa keluar memakai truk L 9166 UV pada Kamis (13/7/2017) malam.
Kontainer itu disopiri Kris Dwi Setiawan (42). Warga asal Tenggumung Wetan, Surabaya ini tidak tahu isi kontainer, karena hanya mendapat pesanan mengantar saja.
"Limbah cair ternyata dibuang dekat permukiman dan berakibat beberapa warga pingsan dan sempat dirawat medis. Sekarang masih ada dua warga yang dirawat di rumah sakit (BDH)," tutur Shinto.
Polisi masih menyelidiki kasus ini, termasuk siapa yang mendatangkan kontainer bersisi limbah ke Surabaya.
Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka, yakni M Faizi alias Faiz (41), asal Bungah, Gresik; Soni Eko Cahyono (38), asal Krembangan, Surabaya; dan Hadi Sunaryono (49), asal Kebomas, Gresik.
Ketiganya berperan sebagai pembuang limbah. Faizi meminta bantuan Soni mencarikan lokasi pembuangan limbah. Selanjutnya, Soni menyuruh Hadi dan akhirnya memutuskan membuang limbah 20 ton di sungai dekat Rusun Romo Kalisari.