Setiap Malam Tanah di Kota Ini Mengalami Pergerseran, Masyarakat Terpaksa Mengungsi
Sejumlah warga Desa Tanjung Menang Kecamatan Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, terpaksa mengungsi ke rumah kerabat dan tetangganya akibat keretakan
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Sejumlah warga Desa Tanjung Menang Kecamatan Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, terpaksa mengungsi ke rumah kerabat dan tetangganya akibat keretakan dan keluarnya air bercampur lumpur di sumur-sumur makin parah.
Berdasarkan informasi berhasil dihimpun mengungsinya sejumlah masyarakat tersebut lantaran khawatir rumah mereka akan amblas atau roboh akibat pergeseran tanah yang terus terjadi setiap malamnya dan membuat rumah retak terbelah.
Keretakan di rumah warga sendiri sesuai data Kepala Dusun III terjadi terhadap 43 rumah yang sejajar disisi kiri jalan atau tepatnya di masjid dusun 3 tersebut.
Parahnya keretakan terhadap bangunan rumah, masjid, lapangan, jalan dan tanah desa mencapai lebar lebih dari 30 cm dan diduga dengan kedalaman hingga ke perut bumi.
Keretakan dan keluarnya lumpur serta pasir dari sumur warga diduga disebabkan aktivitas dari beberapa sumur aktif milik PT Pertamina EP Field Limau di desa tersebut.
Terbukti, pasca Field Limau pada Kamis (20/7/2017) menghentikan aktifitas injeksi ke sumur, keluarnya air serta lumpur mulai mengecil namun untuk keretakan di rumah-rumah masih saja terjadi.
Parahnya, dari hasil tim HSSE, Badan Lingkungan Hidup Pemkot Prabumulih bersama tim lainnya diketahui jika Desa Tanjung Menang dikepung sumur-sumur milik PT Pertamina EP Field Limau.
Berdasarkan data diketahui jika sebanyak 5 sumur aktif dan puluhan sumur yang tidak lagi produksi di kawasan desa tersebut.
Hal itu makin membuat masyarakat takut rumah-rumah akan makin rusak dan blowout seperti di Talang Jimar beberapa tahun lalu kembali terulang.
"Kami makin cemas, saat ini sumur mengeluarkan lumpur dan air masih terjadi, begitupun rumah retak makin hari makin parah," ungkap Effendi, satu diantara warga yang rumahnya mengalami kerusakan parah ketika dibincangi Tribun Sumsel.
Menurut Effendi, dirinya terpaksa mengungsikan anak dan istri serta perabot rumah tangga lantaran rumah telah terbelah dan nyaris roboh.
"Barang-barang dan anak istri sudah mengungsi ke rumah kerabat, saya masih menunggu rumah karena untuk mengetahui perkembangan. Rumah saya paling parah retaknya di desa ini, tinggal menunggu roboh, sudah terbelah," ungkapnya.
Senada disampaikan Dulfiah yang mengatakan, jika ia dan keluarga was-was setiap malamnya lantaran khawatir rumah akan roboh akibat pergeseran keretakan di tanah serta bangunan rumah miliknya.
"Rumah kami makin retak dan belah tidak diketahui pasti apa malam atau siang, kami khawatir nantinya saat kami tidur rumah makin retak dan roboh," kata Dulfiah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.