Sekolah Luar Biasa di Semarang Terkendala Terbatasnya Jumlah Guru
saat ini satu guru maksimal menangani delapan anak yang berkebutuhan khusus yang ringan di SLB Negeri Semarang.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Nur Rochmah
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Ada beberapa anak penyandang disabilitas mempunyai otak yang cerdas. Sayangnya, kata Imam Wusono, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, ada keterbatasan sumber daya manusia (SDM) guru pengampu ilmu umum.
"Sejauh pengamatan saya, ada beberapa anak berkebutuhan khusus itu mempunyai otak yang cerdas. Mereka membutuhkan guru pengamampu ilmu umum yang sesuai. Sedangkan saat ini SDM yang ada masih minim," kata Imam, Kamis (27/7/2017).
Imam mengatakan, saat ini satu guru maksimal menangani delapan anak yang berkebutuhan khusus yang ringan. Satu guru menangani lima anak berkebutuhan khusus taraf sedang. Dan satu guru menangani satu siswa berkebutuhan khusus taraf berat.
Anaknya Terus Dipalak Teman Sekolah, Ibu Ini Datangi Rumah Pelaku tapi Ia Justru Disambut Parang https://t.co/HTNWRhhHKK via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 27, 2017
Ayah Buatkan Anaknya Gubuk untuk Bersetubuh dengan Banyak Pria, Ritual Aneh Terungkap! https://t.co/MwkNM1PR3k via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 27, 2017
Dua Balita Dipamiti Beli Bensin Selama Berjam-jam, Hal Tak Diduga Terjadi Kepada Ibunya https://t.co/KuKWqNy73J via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 27, 2017
"Dari situ terlihat jumlah guru dan siswa yang tidak berimbang. Padahal di sini sistem sekolah kami adalah sekolah satu atap, pendidikan mulai dari TK sampai SMA jadi satu area. Sehingga saat ini kami juga berupaya untuk menambah jumlah pengajar guru ilmu umum, yang sekaligus memahami cara pengajaran bagi anak difabel," ungkapnya.
Imam juga memaparkan, pada tahun ajaran baru 2017, data awal peminat yang mendaftar di SLB Negeri Semarang ada sekitar 315 anak.
Kemudian diseleksi sesuai berkas yang masuk, sehingga hanya ada sekitar 100 anak. Kemudian sebelum penentuan akhir, dilakukan penilaian hanya menyisakan 60 anak yang lolos. Jumlah ini adalah siswa yang diterima dari jenjang pendidikan TK sampai SMA.
"Jumlah yang diterima sangat banyak dibandingkan dengan SLB Swasta, yang pertahunnya hanya menerima sekitar 30 anak saja. Tapi di sini kami tetap memberi fasilitas akses bagi anak-anak difabel, selain itu sekolah di sini tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis," jelasnya.
"Jika ada beberapa gangguan pada mental anak downsindrom yang masih bisa kami tangani, biasanya tidak kami tolak secara keseluruhan. Hanya saja kami menunda masuk kelasnya. Untuk itu kami juga memfasilitasi terapi khusus bagi anak tersebut, sehingga nantinya dia siap masuk kelas dalam keadaan yang baik dan tidak mengganggu teman lainnya," imbuhnya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.