Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Nek Siti, Membawa Misi Rahasia saat Perang Kemerdekaan

Veteran perang kemerdekaan, Siti Aminah Milakusuma, menceritakan kehidupannya sebagai pejuang di masa mempertahankan kemerdekaan.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Cerita Nek Siti, Membawa Misi Rahasia saat Perang Kemerdekaan
Tribun Jabar/Ferry Fadhlurrahman
Veteran perang kemerdekaan, Siti Aminah Milakusuma, saat ditemui di rumahnya di Kota Bandung, Jumat (28/7/2017). TRIBUN JABAR/FERRY FADHLURRAHMAN 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferry Fadhlurrahman

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Veteran perang kemerdekaan, Siti Aminah Milakusuma, menceritakan kehidupannya sebagai pejuang di masa mempertahankan kemerdekaan.

Salah satu tugas beratnya dalam dunia intelijen masa penjajahan adalah menyamar sebagai pedagang arang demi mengantarkan surat rahasia kepada Letkol TNI saat itu.

Dengan suaranya yang parai Siti menceritakan dirinya menjalankan misi yang mulanya hanya mengantarkan bahan makanan untuk tentara di garda depan hingga misi rahasia.

Soal misi rahasia itu Siti ditugaskan mengantarkan surat untuk seorang Letkol yang namanya sudah tidak ia ingat lagi.

"Saat itu saya pergi mengantarkan makanan berupa kacang, obat, dan juga uang bersama dua orang, jalan kaki selama berhari-hari," ujar Siti kepada Tribun Jabar, Jumat (28/7/2017).

Perempuan berusia 90 tahun ini merupakan anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan beberapa kali merawat pejuang, termasuk membantu medis di garda depan.

Berita Rekomendasi

Misi memberikan suplai makanan adalah salah satunya, namun sepulang dari misi tersebut ia dititipi surat dan diharapkan untuk diberikan kepada petinggi TNI.

Takut tertangkap oleh tentara Belanda, dia dan kedua temannya menyamar sebagai pedagang arang dalam perjalanan kembali ke Yogyakarta.

"Buat orang yang ketahuan mendukung pejuang, pasti langsung ditangkap dan diasingkan," terang Siti.

Usahanya berhasil mengelabui beberapa kali tentara Belanda, ditambah karena wajahnya mirip keturunan Tionghoa. Sehingga perjalannya bersama dua kawannya lancar sampai Yogyakarta.

"Ayah selalu senang ketika bertemu saya di Yogyakarta," tutur SIti mengenang ayahnya yang tinggal di Yogyakarta saat itu.

Diakui Siti, ketakutan sang ayah atas resiko pekerjaan yang diemban anaknya dapat dimaklumi. Sang ayah sudah kehilangan salah satu anggota keluarganya yang tewas dalam perang.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas