Musa Izzanardi Sudah Minta Kuliah Sejak Usia 8 Tahun, Orangtuanya Terkejut
Remaja berusia 14 tahun, Musa Izzanardi Wijanarko, sempat membuat orangtuanya Yanti Herawati dan Mursid Wijanarko terkejut.
Editor: Y Gustaman
Kendala rupanya tak menyurutkan tekad Izzan untuk terus mencoba. Akhirnya ia lulus ujian Paket C pada 2015 dan mengikuti ujian SBMPTN setahun kemudian dengan pilihan tujuan Sekolah Tinggi Elektro Informatika (STEI) Universitas Indonesia (UI) dan FMIPA ITB. Sayang saat itu gagal.
"Alhamdulillah, setelah gagal tahun 2016, tahun ini Izzan diterima di FMIPA ITB jalur SBMPTN. Ia juga diterima di Teknik Elektro jalur Simak UI," ujar Yanti bangga.
Izzan diterima di FMIPA ITB bersama 400 orang siswa berprestasi lainnya dari seluruh Indonesia. Ia mengalahkan ribuan orang dan menjadi mahasiswa termuda yang diterima ITB tahun ini.
"Dia hanya belajar 1 sampai 2 jam per hari, pagi setengah jam nanti sore setengah jam. Kadang malam-malam bangunin saya untuk minta ditemenin belajar matematika. Dia baru tidur nanti menjelang subuh," kenang ibunya.
Selain hobi mengutak-atik semua barang di rumahnya, Izzan juga hobi melakukan kegitan fisik di luar rumah, seperti olahraga sepak bola, taekwondo, bersepeda, dan naik gunung.
"Tahun ini Izzan benar-benar tidak banyak belajar, paling belajar selama 4 bulan namatin materi untuk ujian. Dia lebih banyak bermain di luar. Kemarin baru naik gunung dan ikutan maraton di Bali," kata Yanti.
Izzan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Seperti halnya Izzan, dua saudaranya, Nadira Nanda (19) dan Fadil Ilman Muhammad (13), juga memiliki IQ di atas rata-rata.
Saat ini Nadira terdaftar sebagai mahasiswi Teknik Geologi ITB semester 5, Nadira juga masuk ITB saat usianya masih sangat muda, 16 tahun.
Berbeda dengan kedua kakaknya yang tidak pernah mengecap sekolah formal, Fadil melanjutkan sekolahnya ke SMP swasta setelah menyelesaikan homeschooling tingkat SD. Tahun ini Fadil sudah kelas 2 SMP. Pasangan Yanti dan Mursid sendiri merupakan jebolan ITB 1989, Planologi dan Teknik Industri.
Selain menjadi ibu rumah tangga bagi anak-anak dan suaminya, Yanti juga menjadi mentor bagi Izzan. Bahkan Yanti menjadi penulis dan sempat menuliskan kisah anaknya tersebut dalam sebuah buku berjudul Melihat Dunia, sementara sang suami berprofesi sebagai konsultan freelance PU.
Izzan mengaku bercita-cita menjadi ilmuwan. Rencananya, kata Izzan, ia akan menyelesaikan dua gelarnya S1 dan S2 dalam lima tahun dengan mengikuti program fast track di ITB.
Sambil sesekali tertawa dan bercanda, Izzan sempat menunjukkan kepiawaiannya memainkan piano dan memainkan lagu klasik. "Lagu-lagu pop bisa, sih, tapi lebih suka lagu-lagu klasik aja," kata Izzan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.