Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Pasar Pocong di Palembang dan Kisah Mistis yang Dialami Pedagang

Pasar di Palembang ini memiliki nama yang unik. Namanya, Pasar Pocong.

Editor: Ferdinand Waskita
zoom-in Sejarah Pasar Pocong di Palembang dan Kisah Mistis yang Dialami Pedagang
SRIPOKU.COM/PANJI MAULANA
Pasar Pocong 

Walapun nama dan lokasi pasar ini cukup menyeramkan namun pasar ini tetap ramai dikunjungi oleh warga sekitar, mulai dari pukul 7 pagi sampai dengan 12 siang.

“Disini harga bahan-bahan pokoknya murah daripada pasar yang lainnya, misalnya harga telur mereka hanya mengambil keuntung sebesar 400-500 perkilonya,” ujar Zul.

Pasar yang memiliki panjang lokasi sekitar 100 meter ini dulunya berawal dari lapak kecil-kecil yang didirikan oleh Zul beserta teman-temanya.

Lapangan kosongan di depan rumahnya menjadi titik awal dibentuknya pasar kecil-kecil yang kini telah berkembang menjadi Pasar Pocong.

Harga yang murah dan tarif sewa tempat yang tidak terlalu mahal menjadikan tempat ini sebagai tempat yang paling diminati jika ingin membuka lapak dagangan disini.

“Tarif harga sewa disini tergantung bagaimana nego dengan pemilik lahan, biasanya murah,” ujar Zul.

Keadaan pasar yang berada ditengah-tengah kuburan ini membuat para pedagang mendirikan lapak bangunannya diatas kuburan.

Berita Rekomendasi

Pedagang sering bercerita kepada Zul tentang kejadian-kejadian mistis yang mereka alami selama berjualan disana, mulai dari panggilan makhluk halus sampai dengan terlihatnya sesosok makhluk diatas kedai mereka.

“Kalau kejadian sih, pernah dengar dari pedagang.
Mulai dari dipanggil-panggil dan ada juga yang melihat sosok gaib,” ujar Zul.

Sebenarnya dulu Zul adalah pengurus yang bertugas untuk mengurusi pasarnya ini.

Pada akhirnya iamengundurkan diri karena terkendala biaya dan sampai sekarang tidak ada pengurusnya.

Walaupun pasar ini menjadi salah satu pasar unik yang berada di Kota Palembang, perhatian pemerintah kota terkadang luput tentang keberadaan pasar ini.

“Pernah ada waktu itu datang dari pihak walikota guna berkampanye, tapi kalau rutinnya sering datang ketua RT dan RW setempat,” ujarnya.

Terkait dengan permasalahan yang terjadi di pasar, Zul menerangkan bahwa disini menerapkan asas keperdulian antar sesama penjual.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas