Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bangganya Warga Pulau Terluar di NTT Bisa Upacara Bendera HUT RI untuk Pertama Kalinya

Pulau Salura adalah pulau terluar di bagian Selatan Indonesia dan berbatasan dengan Australia.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Bangganya Warga Pulau Terluar di NTT Bisa Upacara Bendera HUT RI untuk Pertama Kalinya
Dokumen Ignas
Warga Pulau Salura, Kecamatan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan dengan Negara Australia, saat menggelar upacara bendera untuk pertama kalinya di wilayah mereka. 

TRIBUNNEWS.COM, WAINGAPU - Peringatan HUT ke-72 RI bagi ratusan warga Pulau Salura, Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) kali ini sangat istimewa.

Ya, dalam sejarah berdirinya bangsa ini, warga setempat baru pertama kalinya mengikuti upacara bendera.

Pulau Salura adalah pulau terluar di bagian Selatan Indonesia dan berbatasan dengan Australia. Jarak tempuh dari Salura ke Negeri Kanguru itu sekitar 800 mil.

Di dalam pulau itu dihuni oleh 614 jiwa.

Warga Pulau Salura, Iwan dan Hasan mengaku, selama ini hanya aparat Desa Prai Salura saja yang mengikuti upacara bendera perayaan HUT RI di Nggongi, ibu kota Kecamatan Karera.

Itu pun harus menyeberang dengan menggunakan kapal motor kayu, dengan jarak tempuh antara satu sampai dua jam.

"Kami semua warga di sini sangat senang dan bangga ada upacara bendera di sini. Sejak dulu sampai sekarang kami tidak pernah ikut upacara bendera saat hari kemerdekaan," kata Iwan yang diamini Hasan.

BERITA TERKAIT

Baca: Dokter Tak Bisa Sentuh Luka di Kepala Hermansyah, Pakar IT yang Diserang di Jalan Tol Jagorawi

Meski begitu, Iwan mengaku masih merasa kurang puas karena sudah 72 tahun merdeka, mereka belum bisa menikmati akses jaringan komunikasi seluler yang memadai.

Menurut Iwan, untuk berkomunikasi melalui telepon seluler, warga harus menyeberang kurang lebih dua jam ke Pulau Sumba dengan ongkos yang mencapai puluhan ribu rupiah untuk biaya perahu motor.

"Warga di sini sebagian besar nelayan dan sangat kesulitan sekali menghubungi kelurga di daratan ketika kami berada di tengah lautan," kata Iwan.

Hal yang sama juga disampaikan warga lainnya yakni Ibrahim Muhammad Saleh dan Munajar yang mengaku dua tahun yang lalu ada warga Pulau Salura yang hilang di tengah lautan ketika kapalnya mengalami kerusakan mesin dan tak bisa menghubungi siapapun walaupun membawa telepon genggam.

Menurut keduanya untuk pergi ke Kota Waingapu (ibu kota Kabupaten Sumba Timur), mereka harus menempuh perjalanan kurang lebih tujuh jam (dua jam ke Pulau Sumba dengan menggunakan kapal dan lima jam perjalanan darat).

Baca: Mantan Karyawan PT Freeport Mogok, Bakar Mobil Milik Perusahaan

Warga pun kesulitan untuk membeli beras dan sembako lainnya dari Kota Waingapu karena biaya transportasi hingga ratusan ribu rupiah karena tak ada kapal angkutan dari Pulau Salura.

Terpaksa warga harus kumpulkan uang untuk menyewa kapal motor para nelayan dari Pulau Lombok NTB agar mereka bisa sampai di Pulau Sumba. Warga juga mengeluh soal ketiadaan petugas medis di wilayah mereka. Warga pun berharap, pemerintah pusat bisa memperhatikan kehidupan mereka yang berada di pulau terluar.

Meski merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah, warga tetap menunjukkan kecintaannya terhadap Indonesia.

Hal itu terlihat dengan antusiasnya warga dan para pelajar mengikuti upacara bendera yang berlangsung di pinggir pantai.

Warga pun mengibarkan 1.945 bendera merah putih yang disebarkan di Pulau Salura dan dua pulau terluar lainnya yakni Pulau Kotak dan Pulau Mangudu.

Baca: 23 Penumpang Kereta Cepat di Utara India Tewas Setelah Tergelincir dari Lintasannya

Upacara itu sebagai wujud kecintaan terhadap Indonesia, walaupun minimnya akses komunikasi karena jaringan seluler yang tak terjangkau, serta minimnya akses transportasi dan kesehatan.

Upacara pengibaran bendera merah putih diawali dengan melakukan peringatan detik-detik proklamasi dan menaikkan bendera merah putih di Pulau Salura.

Upacara dihadiri oleh camat setempat, tiga orang Anggota DPRD Sumba Timur, anggota polisi Perbatasan Pulau Salura, TNI, tokoh masyarakat, dan ratusan pelajar.

Setelah upacara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera-bendera kecil dan beberapa bendera berukuran besar pada tepi pantai Pulau Salura sebanyak 1.000 buah.

Setelah itu, langsung dilakukan pawai ratusan perahu-perahu motor dengan membawa 945 bendera menuju Pulau Kotak dan Pulau Mangudu yang tak berpenghuni.

Dari Pulau Salura ke Pulau Kotak ditempuh selama 10 menit, sedangkan ke Pulau Mangudu sekitar 30 menit.

Walaupun hanya dengan menggunakan perahu motor kecil, warga nekat menerjang arus laut yang terkenal ganas dan berbahaya.

Setelah sampai di Pulau Mangudu, yang merupakan pulau terakhir, sebagian warga langsung naik ke atas mercusuar setinggi 30 meter, untuk membentangkan bendera merah putih berukuran empat kali lima meter.

Selanjutnya warga juga melakukan penghormatan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta melakukan penancapan bendera sebanyak 45 buah. (Kompas.com/Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere)

Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul Saat Warga Pulau Terluar Upacara Bendera HUT RI untuk Pertama Kalinya

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas