Inilah Jejak-jejak Manusia Purba di Maros
Griffith University Australia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi nasional tengah melakukan penelitian untuk mengungkap manusia purba
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAROS - Griffith University Australia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi nasional tengah melakukan penelitian untuk mengungkap keberadaan manusia purba di Maros.
Penelitian yang juga melibatkan Universitas Hasanuddin dan Universitas Haluuleo ini telah dilangsungkan sejak 2011 lalu, dan dilakukan di tiga leang (gua) di Kawasan Nasional Leang-leang Maros yakni Leang Burung, Leang Timpusang, dan Leang Bettue.
Konsulat Jenderal Australia di Makassar, Richard Mathew yang menijau pebelitian, Rabu (23/8/2017) mengatakan, penggalian tempat purba oleh para arkeolog ini untuk mencari bukti bahwa pernah ada manusia yang tinggal di Maros sekitar 30-40 ribu tahun lalu.
"Kegiatan ini kolaborasi Australia dan Indonesia. Arkeolog Australia ke sini membawa teknologi dan ilmunya, dan berkolaborasi dengan arkeolog Indonesia."
"Mereka menemukan banyak bukti seperti tulang hewan yang dijadikan makanan sehari-hari oleh para manusia purba, ada juga bentuk tangan di langit-langit goa," kata Richard.
Richard memgatakan, penelitian ini menggerakkan banyak mahasiswa untuk membantu dalam penggalian, karena penggalian membutuhkan banyak tenaga, untuk mendata setiap bebatuan yang ditemukan untuk diteliti apakah ada hubungannya dengan peradaban masa lalu.
"Ini kesempatan mahasiswa belajar teknik arekeolog. Hasilnya lumayan, penemuan tahun 2014 masuk dalam 10 penemuan penting dalam dunia arkeologi, itu waktu merek menemukan lukisan di tembok Leang Timpusang, juga lukisan babi rusa yang dilukis manusia purba," kata Richard.
Menurutnya, proyek yang akan berlangsung hingga lima tahun ke depan ini, Arkeolog Australia akan membantu untuk mengetahui umur lukisan-lukisan itu yang ditemukan itu.
"Ini betul-betul kolaborasi dua negara, dan kami pemerintah Australia sangat mendukungnya dan berharap ini akan terus berjalan."
"Setiap musim panas para Arkeolog akan datang ke sini dan mungkin akan ada situs-situs baru yang akan ditemukan, karena kawasan ini sangat kaya bukti kehidupan manusia purba," jelasnya.
"Manusia selalu punya pertanyaan, berasal dari mana, leluhur kita dari mana, dan berasal dari mana. Sama di Australia, punya penduduk asli suku Aborigin yang terbukti sudah ada sejak 65 ribu tahun lalu, tapi pintu masuknya dari mana, siapatahu dari Indonesia, apakah lewat Sulawesi, Kalimantan, Fores, kita belum tahu, dan ini yang ingin kita tahu," kata dia. (*)