Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tidak Disangka, dari Sini Awal Keberadaan Masyarakat Kalsel

Temuan awal terjadi saat kondisi air waduk Riam Kanan mengalami penyusutan cukup besar tempo lalu.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Tidak Disangka, dari Sini Awal Keberadaan Masyarakat Kalsel
Banjarmasin Post/Ratino Taufik
Suasana Waduk Riam Kanan di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Jumat (2/10/2015). Kemarau membuat ketinggian permukaan air waduk yang menjadi sumber energi utama bagi PLTA Riam Kanan ini terus menyusut. 

TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Bagi warga Banua, tentu tidak asing dengan Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Di tempat ini berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir PHM Noor.

Tapi, tahukah Anda, ternyata waduk menyimpan situs prasejarah tertua di Kalsel.

Bahkan, seperti dikemukakan Bambang Sugiyanto, peneliti Badan Arkeologi Kalsel, dari temuan sejumlah artefak prasejarah zaman palaolitik (50.000 SM - 10.000 SM), dimungkinkan manusia Kalsel pertama berasal dari kawasan ini.

“Dari peneliti Balai Sejarah Arkeologi Kalsel, ditemukan sejumlah bukti peninggalan prasejarah tertua di kawasan Waduk Riam Kanan,” ungkap Bambang kepada BPost, Rabu (23/8).

Temuan awal terjadi saat kondisi air waduk Riam Kanan mengalami penyusutan cukup besar tempo lalu.

Baca: Inilah Jejak-jejak Manusia Purba di Maros

Kondisi itu membuat ketinggian air waduk menurun dari batas normal di angka 65 ke angka 55.

Berita Rekomendasi

Saat penurunan permukaan air muncul sebuah pulau dengan luas hanya sekitar satu hektare.

“Pulau kecil itu yang kemudian disebut dengan nama Pulau Sirang yang ternyata menyimpan peninggalan prasejarah,” ujarnya.

Sekarang, pulau ini begitu dikenal dan cukup populer di kalangan wisatawan.

Penemuan adanya bukti peninggalan prasejarah, sebut Bambang, berawal ketika tanpa sengaja Eko Herwanto, peneliti arkeologi dari Balai Arkeologi Kalimantan Selatan berlibur bersama keluarga di Pusau Sirang dan menemukan penemuan penting.

Berangkat dari situlah, lanjut dia, diketahui ada potensi arkeologi prasejarah di Pulau Sirang yang hingga kini penelitiannya berlanjut.


Baca: Kapolda Kalimantan Selatan Geregetan Maraknya Peredaran Obat Daftar G

Saat itu, ujar Bambang, Eko menemukan ratusan serpihan batu yang menunjukkan ciri-ciri teknologi pembuatan alat batu paleolitik.

Kesederhanaan bentuk pangkasan yang terlihat pada artefak batu tersebut memperlihatkan betapa intensifnya proses pembuatan alat batu (penyerpihan) di situs ini.

Bambang berujar, situs paleolitik seperti itu sudah lama dicari dan ditelusuri di wilayah Kalimantan Selatan, tetapi belum ditemukan hingga munculnya Pulau Sirang.

“Situs prasejarah ada di dasar waduk. Catatan sudah masuk sejarah nasional. Ada temuan undak sungai di tepi selatan Sungai Riam Kanan, di Awangbangkal pada 1938 oleh H Kipper, hingga akhirnya kawasan itu ditenggelamkan jadi waduk,” urainya.

Data artefak paleolitik yang ditemukan pada permukaan tanah di Pulau Sirang ini memberikan banyak pertanyaan terkait perkembangan budaya paleolitik secara umum di Kalimantan Selatan.

Lokasi penemuan artefak itu merupakan puncak dari sebuah bukit yang cukup tinggi, sebelum ditenggelamkan untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik.

Yang jelas, cetus Bambang, untuk penelitian lebih mendalam perlu biaya mahal karena sudah jadi waduk.

Baca: Permukaan Air Waduk Riam Kanan Terus Menyusut, Muncul Warung Dadakan

“Waduk Riam Kanan kaya warisan situs prasejarah. Ada kemungkinan asal manusia di Kalsel di Waduk Riam kanan itu,” bebernya.

Kini ada muncul harapan, agar waduk dijaga kelestariannya.

“Lestari jika lingkungan hutan sekitarnya lestari. Sisi positifnya, lumbung situs prasejarah terjaga alami karena tertutup air puluhan meter, terjaga secara alami,” katanya.

Secara umum, hasil penelitian penyelamatan yang dilakukan Balai Arkeologi Kalimantan Selatan adalah menemukan ratusan alat batu dengan teknologi batu paleolitik (batu tua).

Teknologi paleolitik merupakan teknologi yang dikuasai manusia pada tingkat permulaan yang lebih mengutamakan segi praktis. Pembuatan alat batu disesuaikan tujuan penggunaan saja.

Makin lama teknologi pembuatan alat batu ini semakin meningkat ke arah penyempurnaan bantuk.

Baca: Satpam Mal di Banjarmasin Edarkan Ineks Logo Hello Kitty

Teknologi paleolitik yang ditemukan di Pulau Sirang antara lain: kapak perimbas (chopper), kapak penetak (chopping), pahat genggam (hand-adze), dan kapak genggam awal (proto hand axe), serta tradisi serpih dalam bentuk sederhana.

“Semua alat batu itu disiapkan atau dibuat dengan teknologi pemangkasan sederhana secara langsung pada batu-batu kerakal atau pecahan batu,” ujar Bambang.

Teknologi pemangkasan batu dan penggunaan pecahan-pecahan batu merupakan teknologi pertama yang dikuasai manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupannya.

Terpisah, Aidi Hikmatullah, Kabid Kebudayaan Disbudpar Banjar, mengaku sudah mengetahui adanya temuan situs purbakala di Pulau Sirang, Wadul PLTA Ir PM Noor oleh Badan Arkeologi. Pihaknya, sudah konfirmasi dengan Balai Arkeologi Banjarbaru soal temuan situs purbakala tersebut.

“Informasinya temuan itu ketika kemarau saat airnya surut. Balai Arkeologi sudah temukan beberapa sampel. Diduga di sana ada komunitas manusia purba. Kemungkinan dulunya di sana ada sungai purba,” ujar Aidi.

Masih dari informasi Balai Arkeologi, di wilayah itu kemungkinan ada migrasi awal manusia purba. Sepertinya, ada kaitannya dengan manusia purba yang ditemukan di Gua Babi di Tabalong. (kur/wid)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas