Melongok Kampung Terisolir di Bangka, Andalkan Jampi-jampi dan Melahirkan Tanpa Bidan
Padahal, keberadaan mereka tak begitu jauh dari pusat pemerintahan ibu kota provinsi maupun kabupaten.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Setelah 72 tahun Indonesia merdeka, ternyata masih ada warga di Provinsi Kepulauan Babel yang hidup terisolir.
Padahal, keberadaan mereka tak begitu jauh dari pusat pemerintahan ibu kota provinsi maupun kabupaten.
Hanya saja akses menuju pemukiman mereka yang membuat keberadaan warga ini seperti tak terjamah.
Inilah kisah tentang warga di Kampung Pengkalen Batu, Desa Ranggung, Kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Rata-rata penduduk di sini tidak bersekolah.
Pun dengan akses kesehatan dan layanan publik lainnya, bagi mereka barang mewah yang entah sampai kapan terpenuhi.
Hidup mengandalkan sampan dan bertempat tinggal di rumah panggung adalah ciri khas warga Pengkalen Batu.
Baca juga: Duh, Polwan Ini Hamil di Luar Nikah, Yang Menghamili Polisi Sudah Beristri
Sebanyak 120 orang Pengkalen Batu sehari-hari menggunakan perahu sebagai alat transportasi.
Tampak pada Jumat (25/8/2017) siang lalu, belasan perahu bertambat di rawa-rawa Sungai Pabrik.
Rawa-rawa inilah pintu masuk menuju kampung Pengkalen Batu yang puluhan tahun terisolir dan tanpa fasilitas pelayanan publik yang memadai.
Perahu inilah yang digunakan untuk membawa jenazah, karena kampung itu belum memiliki Tempat Pemakaman Umum (TPU).
"Setiap ada yang meninggal dunia kami membawanya menggunakan keranda, lalu dinaikkan ke atas perahu. Sulitnya bila musim kering, airnya sering surut. Warga harus mendorong dulu perahu hinga ke tengah agar perahu jalan," kata Pardi, warga Pengkalen Batu.
Jurnalis Bangka Pos, Riki Pratama bisa sampai ke Pengkalen Batu setelah sempat bertanya di Desa Ranggung, Kecamatan Payung, yang merupakan desa terdekat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.