Pria Ini Terseret Arus Laut, Jenasahnya Ditemukan 24 Jam Kemudian
Korban yang disebut-sebut bekerja sebagai buruh bangunan itu beralamat di Dusun V Jalan Istiqomah Nomor 45, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Remaja asal Deliserdang, Sumatera Utara, Adytia Prayoga (18) yang hilang akibat terseret arus ketika mandi di Laut Lhoknga, ditemukan tewas sekitar pukul 16.30 WIB, Sabtu (2/9/2017).
Informasi yang diterima Serambi dari Pusdalops PB BPBD Aceh Besar manyebutkan, korban yang ditemukan tewas tersebut sesuai data orang hilang saat mandi-mandi di Laut Lhoknga, Jumat (1/9) sore.
Berdasarkan dokumen kependudukan yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deliserdang, korban tercatat bernama Adytia Yoga kelahiran Medan, 19 Februari 1999.
Korban yang disebut-sebut bekerja sebagai buruh bangunan itu beralamat di Dusun V Jalan Istiqomah Nomor 45, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Baca: 17 Warga Rohingya Tewas Tenggelam Saat Berusaha Melarikan Diri
Pencarian yang dilakukan tim SAR membuahkan hasil sekitar pukul 16.30 WIB, Sabtu (2/9) atau sekitar 24 jam setelah musibah terjadi. Korban ditemukan meninggal dunia di lokasi berdekatan dengan pelabuhan PT SAI Lhoknga atau sekitar 300 meter dari titik korban hilang.
Proses evakuasi korban ikut dibantu aparat kepolisian dari Polsek Lhoknga, Koramil, Pos TNI AL Lhoknga, Pol Air, Ambulans PMI Banda Aceh, dan relawan komunikasi RAPI.
Informasi yang diterima Serambi, setelah difardukifayahkan, jenazah korban tadi malam langsung dibawa pulang ke kampung asalnya di Deliserdang, Sumatera Utara.
Berulangnya kematian akibat terseret arus di Laut Lhoknga disikapi oleh Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) Aceh, Nasir Nurdin.
Baca: Korban Tenggelam Ditemukan Tersangkut Karang di Kedalaman Tujuh Meter
“Harus ada solusi secepatnya dari Pemkab Aceh Besar maupun Pemerintah Aceh agar objek wisata Pantai Lhoknga tidak berubah layaknya gerbang kematian akibat tidak adanya proteksi kepada pengunjung,” katanya.
Menurut Nasir, kawasan pantai di depan PT SAI merupakan salah satu titik rawan untuk mandi-mandi karena tarikan arusnya yang kuat.
Selama ini sering dipasangi rambu-rambu peringatan, namun bergeser dari tempatnya.
Wisatawan dari luar daerah yang tidak mengetahui kondisi alam di kawasan itu sering jadi korban.
“Kita berharap objek wisata bisa menghidupkan usaha kecil rakyat, namun keamanan dan kenyamanan pengunjung tetap menjadi prioritas. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata harus membuat kebijakan yang bisa mengakomodir semua kepentingan,” demikian Ketua Forum PRB Aceh.(mir)