Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Sedih Balita Pengidap HIV Menjalani Hidup, Ayah-Ibunya Meninggal karena Virus yang Sama

Kondisi demikian mengharuskannya menjalani aktivitas keseharian yang berbeda dengan balita seusianya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Sedih Balita Pengidap HIV Menjalani Hidup, Ayah-Ibunya Meninggal karena Virus yang Sama
Tribun Jogja/Hening Wasisto
Sri (bukan nama sebenarnya) tengah menggendong cucunyaa, Melati (nama disamarkan), Sabtu (2/9/2017). Balita lima tahun ini kondisinya semakin menurun. Kulitnya menghitam, kaki dan tangannya kering tak ada daging. Kondisi ini diakibatkan karena penyakit HIV yang menggerogoti tubuh kecilnya. TRIBUN JOGJA/HENING WASISTO 

Kedua orang tuanya telah tiada meninggalkan Melati seorang diri, akibat mengidap penyakit mematikan tersebut.

"Disaat baru umur 17 bulan sudah harus ditinggal ayahnya, akibat penyakit itu (HIV)," kata Sri saat ditemui Tribun Jogja.

"Kami sempat kaget karena kami baru tahu setelah dokter memberikan keterangan penyakit itu yang mengakhiri hidup ayah Melati," tambah Sri.

Mengetahui sang suami mengidap penyakit mematikan tersebut, ibu Melati sempat shock dan ketakutan.

Pasalnya, bila suaminya mengidap penyakit tersebut, otomatis dia dan buah hatinya dalam bahaya.

Apa yang ditakutkan ibu Melati benar adanya. Dokter mengeluarkan keterangan bahwa dia dan buah hatinya menuruni penyakit yang dibawa sang suami.

Setelah itu, hari demi hari kondisi ibu Melati semakin menurun.

Berita Rekomendasi

Dari cerita Sri, putrinya terlihat begitu lemas. Sehari-harinya lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur.

"Kondisinya lemas sekali, kami bawa ke rumah sakit waktu itu. Baru dua hari di rumah sakit, Allah sudah mengambilnya, tepat di saat Melati berumur 3 tahun," kenang Sri berlinang air mata.

Ibunya Tetap Kerja

Dari kacamata Sri, ibu Melati adalah seorang wanita pekerja keras. Meskipun divonis mengidap penyakit HIV, namun semangat hidupnya tetap membara.

HIV seolah bukan halangan untuk tetap membanting tulang. Ibu Melati tetap saja bekerja kesana kemari demi mencari sesuap nasi untuk Melati.

"Sudah saya bilangin, udah ibu aja yang kerja. Kamu di rumah saja ngurusin Melati. Dia tetap keukeuh kerja. Padahal gajinya sendiri hanya Rp 800 ribu," imbuh Sri.

Namun demikian, seiring berjalannya waktu kondisi ibu Melati semakin memburuk.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas