Gajah Obrak Abrik Tanaman Padi
Gerombolan gajah ini juga menyantap hampir semua jenis tanaman produktif yang ditanam warga Seperti batang pisang, kakao, serta pinang, kelapa
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Puluhan ekor gajah liar menggasak tanaman padi sawah di tiga gampong dalam Kecamatan Keumala, Pidie, sejak satu minggu terakhir.
Ketua Kelompok Tani Tiga Berlian, Zamzami melaporkan, kawanan gajah itu setiap malam turun ke areal sawah untuk memakan tanaman padi yang siap panen, di Gampong Cot Seutui, Jijiem, dan Pulo Baro. Sehingga petani mengalami kerugian puluhan juta rupiah.
“Kami sangat kecewa dengan pemerintah yang tidak punya solusi atas persoalan ini. Sementara petani yang menggantungkan hidup dari hasil panen, menanggung kerugian belasan juta rupiah per orang,” kata Zamzami.
Ia mengatakan, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh hingga saat ini tidak mampu mengatasi gangguan gajah.
Jika pun mereka turun ke lokasi, bisanya hanya menggiring gajah ke kawasaKAWANAN gajah liar merusak tanaman padi di kawasan Gle Barat, perbatasan Kecamatan Mila dan Cot Seutui Keumala Dalam, Kecamatan Keumala.
Baca: WNI Pemelihara Gajah Diinjak Gajahnya Sendiri di Gunma Jepang Masuk Rumah Sakit
n hutan tak jauh dari kawasan gampong. Sehingga kawanan gajah yang sama selalu kembali untuk menggasak tanaman warga.
'“Kami butuh solusi jangka panjang. Pemerintah harus memikirkannya dan segera mengatasi persoalan ini,” desaknya.
Karena selain tanaman padi, gerombolan gajah ini juga menyantap hampir semua jenis tanaman produktif yang ditanam warga Seperti batang pisang, kakao, serta pinang, kelapa, dan tebu. Sehingga nyaris tidak ada tanaman yang bisa dikembangkan warga di lahan mereka.
Bagi warga, hewan yang dilindungi ini hanya menjadi hama bagi tanaman. Sehingga layak untuk dibunuh. Sementara, pemerintah yang melindungi hewan ini tak mampu memberi solusi untuk menjamin petani tidak terjerumus dalam kemiskinan, karena tak ada gunanya mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan di kawasan pinggiran hutan Keumala ini.
Baca: Dimusnahkan, 2 Ton Gading dari 100 Gajah
Atas gangguan gajah ini, warga tak berani mengambil tindakan, karena selain takut melanggar undang-undang perlindungan satwa, warga juga takut diamuk gajah. “Karena warga khawatir, kawanan gajah itu akan mengamuk dan kontak fisik sekecil apapun bisa berakibat konflik manusia-satwa yang akan memakan korban jiwa,” ujarnya.
Saat ini, sebagian petani dan pemilik kebun pun mulai menelantarkan lahannya.
“Karena tak ada jaminan dari pemerintah bahwa persoalan ini bisa diselesaikan,” kata Zamzami, ketua kelompok tani di Kecamatan Keumala, Pidie.
Padahal, pemerintah saat ini terus mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dalam setiap kesempatan.
Namun di saat yang sama, pemerintah tak mampu mengatasi persoalan yang menghambat majunya sektor pertanian dan perkebunan di daerah ini.
“Pejabat cuma bisa ngomong. Petugas BKSDA pun hanya mengejar dana operasi saat penggiringan gajah. Tapi, masalah gangguan gajah tetap saja tidak terselesaikan, dan masyarakat tetap saja dirugikan,” kata seorang warga Keumala lainnya, yang mengaku kini meninggalkan profesinya sebagai petani dan beralih menjadi buruh bangunan. (aya)