Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gunung Agung Batuk-batuk: Kepulan Asap Hingga 1.500 Meter Permukaan Kawah Sangat Panas

Asap yang membumbung tinggi dapat dipicu oleh dasar kawah yang sangat panas, lalu diguyur hujan deras.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Gunung Agung Batuk-batuk: Kepulan Asap Hingga 1.500 Meter Permukaan Kawah Sangat Panas
TRIBUN BALI/I WAYAN ERWIN WIDIYASWAR
Asap setinggi 1.500 meter keluar dari pucncak kawah Gunung Agung di Bali. 

Pengukuran terhadap kadar belerang Gunung Agung telah dilakukan sejak tiga hari  dengan menggunakan alat spektrometer.

Alat tersebut digunakan untuk pengambilan sampel kandungan sulfur dari gunung dari jarak 12 kilometer dari bibir kawah. 

Gede Suantika mencontohkan, metode pengecekan kandungan sulfur ini sangat tergantung dengan posisi dan arah angin. 

Apabila sebaran gas sulfur terbawa angin ke arah barat, maka pengecekan harus dilakukan di arah barat Gunung Agung dan alat spektrometer harus diarahkan vertikal (ke atas) mengarah utara dan selatan.

"Apabila gas ini melintas di atas spektrometer ini, maka akan diketahui kosentrasi kandungan gas belerang itu. Tapi sampai saat ini masih nihil di radius 12 Km. Namun berdasarkan informasi pendaki terakhir, di radius 700 meter dari bibir kawah sudah tercium aroma belerang," ujarnya.

Baca: Tugimin Tewas Tertimpa Longsoran Tanah Saat Menggali Batuan Gunung

Baca: Dua Debt Collector di Surabaya Kena Batunya! Masuk Bui Setelah Rampas Mobil Debitur di Jalan

Berita Rekomendasi

Gede Suantika menambahkan,  bercermin dari letusan tahun 1963 silam, sebelum letusan hebat warga di sekitar Gunung Agung merasakan tiga kali gempa. Lalu diawali dengan letusan kecil (frearik), yang selanjutnya diikuti dengan letusan besar (magmatik). 

"Dahulu leluhur kami para peneliti vulkanologi mencari data letusan Gunung Agung  berdasarkan dari wawancara dengan warga setempat. Itupun para peneliti tiba di Bali satu minggu setelah terjadinya letusan Gunung Agung," jelas Gede Suantika. 

Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani menambahkan, pihaknya telah menambah dua alat tilmeter (alat baru untuk mendeteksi deformasi) untuk mengkonfirmasi pengembungan Gunung Agung.

"Alat ini kembali difungsikan untuk mengantisipasi hal terburuk, akibat penggembungan gunung Agung," ujarnya.

Alat tilmeter dipasang pada sisi utara dan selatan di radius 9 hingga 12 kilometer dari puncak Gunung Agung. 

Reporter: Eka Mita Suputra/Tribun Bali

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas