Bebas dari Hukuman Mati, TKI Ini Bersyukur Bisa Pulang ke Kampung Halaman
Darmawati sebelumnya terancam hukuman mati karena dituduh terlibat pembunuhan.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Abdul Ghanie
TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Mengenakan batik gelap, bercelana panjang cokelat serta berpeci putih, H Tarjani tampak semringah.
Ia seolah tak henti-hentinya melempar senyum kepada siapapun yang ditemuinya di ruangan VIP Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (14/10/2017) malam.
Warga Karangan Putih Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar Kalsel itu, sangat bahagia. Sebab, ia menyambut kepulangan Darmawati, putri bungsunya, yang terpisah 20 tahun lamanya.
Darmawati adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ditempatkan di Jeddah, Arab Saudi, pada 1997. Ia mengantongi uang Rp 3 juta sebagai bekal di negeri orang.
"Saat itu, saya sendiri yang mengantarnya," kata Tarjani.
Selang 5 tahun Darmawati bekerja, Tarjani dikagetkan berita buruk. Putri bungsunya itu terjerat kasus pembunuhan.
"Tahunya dari kabar mulut ke mulut juga saat itu," kata Tarjani.
Darmawati menolak tuduhan tersebut. Ia bahkan bersumpah tak melakukan pembunuhan. Namun, ia terpaksa mengaku telah membunuh, karena tak tahan disiksa aparat hukum di Jeddah.
"Saya sendiri sebetulnya, percaya dengan anak saya. Apalagi pada saat itu, ia berani bersumpah, berani tidak dianggap anak bila benar melakukan hal tersebut," kenang Tarjani.
Makanya, ia bersyukur putrinya dibebaskan dari hukuman mati. Kebahagiaannya memuncak setelah tahu Darmawati akan pulang ke kampung halamannya dalam kondisi selamat.
"Ya, saya mengucapkan beribu terimakasih kepada Pemerintah yang telah memperjuangkan putri saya terbebas dari hukuman mati dan bisa pulang saat ini, " ungkapnya.
Orangtua dan anak itu akhirnya bertemu. Darmawati mengenakan kebaya dibalut kerudung ungu, tampak berkaca-kaca saat mencium tangan orangtuanya.
Darmawati sedikit tertutup dengan media. Ia sempat menolak diwawancara dengan dalih mengalami mabuk pesawat selama di perjalanan.
"Aduh, jangan dulu ya, soalnya kepala saya pusing, " ujarnya.
Namun, Darmawati sempat mengungkapkan rasa syukurnya sudah bisa kembali ke bumi lambung Mangkurat.
Bahkan meski sudah terhitung sekitar 20 tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jeddah, bahasa Banjarnya juga masih terdengar fasih.
Sikap serupa juga sempat ditunjukkan oleh Aminah, TKI asal Kabupaten Tapin yang menolak saat diwawancarai awak media.
Bungkam seribu bahasa, Aminah kemudian pun pulang dengan adik kandungnya, Bahri yang semula sudah menunggu sejak Sabtu petang.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.